MANADO, ZONAUTARA.com – Beredarnya surat pemberitahuan dari Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan (BBPOM) Manado, tentang adanya temuan bahan makanan jenis mie basah dan bakso di pasar tradisional di Kota Manado yang mengandung boraks, menjadi perhatian masyarakat.
Selain membawa dampak buruk terhadap kesehatan, hal ini juga menjadi kecemasan warga, terutama yang gemar mengonsumsi makanan jenis mie basah dan bakso atau pentol. Sebelum mengonsumsi dua makanan tersebut, baiknya kita mengenal apa itu Boraks, Bleng, serta ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut.
Boraks adalah senyawa kimia yang berbahaya untuk dikonsumsi, yang memiliki sebutan kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Boraks bisa ditemukan dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat umumnya digunakan untuk bahan pembuatan deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air.
Sedangkan Bleng adalah sebutan populer untuk salah satu zat kimia berbahaya yang bernama Natrium Biborat, Natrium Piroborat, Natrium Teraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks atau asam borat murni yang biasa dibuat oleh industri farmasi.
Banyak masyarakat yang mengatakan, bahwa bleng dan boraks itu sama. Memamg bleng dan boraks itu hampir serupa, walaupun ada perbedaan, namun keduanya tetap sama bahayanya bagi kesehatan jika dikonsumsi.
Selain kedua bahan berbahaya tersebut, ada juga satu bahan berbahaya lainnya, yakni Formalin. Di mana, formalin merupakan bahan kimia yang biasa dipakai untuk membasmi bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan.
Zat ini termasuk dalam golongan kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi berbagai jenis bakteri pembusuk, penyakit, cendawan atau kapang. Di samping itu juga dapat mengeraskan jaringan tubuh. Formalin memang umum digunakan sebagai pengawet mayat, namun akhir-akhir ini terjadi penyalahgunaan formalin untuk bahan tambahan makanan.
Baca Juga : Soal Pangan Mengandung Boraks, Ini Kata BPOM
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.
Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka waktu lama dan berulang, bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan memicu kanker.
Adapun ciri-ciri mie basah yang mengandung boraks yakni tekstur mie yang kenyal dan tidak mudah lengket. Adapun ciri-ciri bakso yang mengandung boraks adalah teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging dan lebih cenderung berwarna keputihan.
Ciri mie basah yang mengandung formalin adalah tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah rusak dan tahan dalam jangka waktu yang lama. Akan tetapi, makanan yang telah diberi bahan berbahaya ini, masih sangat sulit dibedakan dari yang tidak tidak dicampur bahan berbahaya. Beberapa makanan baru dapat diketahui dengan pasti telah dicampur dengan boraks dan formalin setelah dilakukan uji di laboraturium.
Lalu, apa zat pengganti bahan berbahaya ini, yang lebih aman untuk di konsumsi?. Bahan alami yang bisa digunakan untuk menggantikannya adalah air abu. Untuk mendapatkan air abu, kita bisa membakar merang (tangkai padi kering) atau klaras (daun pisang kering) hingga menjadi abu, kemudian abu bakaran kedua bahan tersebut direndam selama 2-3 hari dengan air bersih.
Ambil air rendamannya dan kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pengenyal maupun pengawet makanan alami. Bahan yang lebih aman lainnya yang dapat digunakan adalah air kapur sirih. Dengan informasi tentang betapa berbahayanya bahan kimia tersebut, sebagai masyarakat sepatutnya kita lebih hati-hati dalam mengonsumsi pangan.
Salah satu produsen dan penjual bakso di jalan Sam Ratulangi, Imam Safi’i mengungkapkan, kejadian ini patut mendapat perhatian masyarakat.
“Temuan ini kan beritanya sudah menyebar luas di masyarakat. Jadi, pemerintah dalam hal ini pengawas makanan harus lebih tanggap dan saya rasa ini urgen, karena makanan ini banyak dikonsumsi masyarakat,” tutur Imam.
Editor : Christo Senduk