GORONTALO, ZONAUTARA.com – Tangan Abidin Polimengo terlihat sedikit gemetaran saat melipat helai demi helai daun rumbia. Setelah disusun berjejer rapi, barulah disimpul menggunakan tali rotan yang diserut halus. Begitu seterusnya hingga menjadi atap daun rumbia.
Pria 78 tahun ini mengaku, dari profesi yang dia jalani ini telah mampu menghidupi keluarganya. Saat ditemui wartawan Zona Utara, Abidin yang berdomisili di Desa Bongoime, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango ini mengaku sudah 52 tahun beraktifitas membuat atap daun rumbia.
“Dulu saya bertani, namun setelah berkeluarga, saya lebih fokus dengan usaha ini,” tutur Abidin, Rabu (8/8/2018).
Menurutnya, awal usahanya sangat lancar dan banyak pemesan, sampai-sampai dalam pengerjaannya harus dibantu oleh keduanya. Pria yang juga mahir memetik alat musik gambus ini menuturkan, untuk selembar atap rumbia dijual Rp 1750.
Dari hasil penjualan, Abidin harus tetap menyisihkan modal untuk membeli bahan baku berupa rotan dan bambu. Sedangkan untuk daun rumbia, dia tinggal mengambilnya dari pohon rumbia yang tumbuh di sekitar tempat dia tinggal.
Seiring berjalannya waktu, kini produksi atap daun rumbia Abidin mulai menurun. Selain karena usianya yang sudah tua, orang juga sekarang sudah kurang menggunakan daun rumbia untuk atap rumah.
“Sekarang untuk satu hari saja, saya hanya bisa menyelesaikan 10 sampai 15 lembar atap, bahkan kadangkala kurang dari 10. Kemampuan fisik sudah menurun dan orderan sudah sangat jarang,” kata Abidin.
Dia juga menjelaskan jika sekarang ada yang memesan atap daun rumbia, itu sudah jarang dipakai untuk atap rumah. Orang memakai atap daun rumbia sekarang hanya untuk atap kandang ternak, atap kios atau warung.
“Ada juga yang memesan hanya untuk dekorasi, atau hanya untuk atap dapur saja,” jelas Abudin.
Kini untuk mengambil daun rumbia Abidin harus menyewa orang, sebab fisiknya sudah tidak mampu lagi memanjat pohon rumbia.
Meskipun usaha yang sudah digelutinya selama puluhan tahun ini semakin kurang peminat, dirinya tetap bertekad akan terus membuat atap daun rumbia, sekedar untuk kebutuhan keluarga dan mengisi hari tua.
“Untuk kebutuhan sehari-hari saya saja sudah cukup. Empat anak saya sudah berkeluarga semua dan punya pekerjaan masing-masing, tinggal saya yang mengisi hari tua,” celotehnya.
Editor: Ronny A. Buol