MANADO, ZONAUTARA.com – Kabar gembira bagi para petani kopra di Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya, harga komoditas utama di Bumi Nyiur Melambai tersebut dipastikan akan naik dalam tiga bulan ke depan.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Sulut Olly Dondokambey di sela-sela Forum Academics, Business, Government, Community And Media (ABGC+M) ‘Sulut Sebagai Klaster Kelapa Nasional’, yang dilaksanakan di Manado, Senin (10/9/2018).
Olly mengatakan, turunnya harga kopra sebagai produk turunan kelapa hanya berlangsung sementara. Penurunan itu, kata Olly, disebabkan mekanisme pasar Crude Palm Oil (CPO) dunia dan saat ini kelapa bukan satu-satunya hasil perkebunan yang dapat diolah menjadi minyak nabati.
“Penurunan harga minyak kelapa dalam beberapa bulan terakhir ini dipengaruhi sedang melimpahnya panen produk subtitusi dari negara produsen lainnya, seperti jagung, kedelai, bunga matahari yang juga bisa menghasilkan minyak. Jadi, ini hanya sementara saja karena mekanisme pasar, pemerintah tidak mengaturnya,” ujar Olly.
Karenanya, lanjut Olly, pihaknya optimis nilai kopra itu bakal merangkak naik dalam waktu tiga bulan mendatang. Olly juga menyebut, selain kopra, banyak produk bernilai lainnya yang dapat dihasilkan dari kelapa.
“Diperkirakan harga kopra akan naik dalam waktu tiga bulan ini atau sekitar Bulan November nanti mengikuti siklus pasar minyak dunia. Pemprov Sulut juga sedang mempersiapkan alat produksi kopra menjadi minyak kelapa langsung dan industri sabut kelapa. Nantinya, turunan produk kelapa tidak hanya kopra saja, tapi bisa dijadikan produk lainnya,” ungkap Bendahara Umum PDIP itu.
“Seperti China yang lebih suka mengimpor kelapa utuh dari negara lain dan mengolah daging, air dan sabut kelapa menjadi produk unggulan dan bernilai jual tinggi. Jadi, tidak ada bagian kelapa yang terbuang,” timpalnya.
Dia menambahkan, Pemprov Sulut terus berupaya meningkatkan mutu kelapa melalui kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), termasuk menghasilkan varietas baru bibit kelapa yang akan di-launching menjelang HUT Provinsi Sulut ke-54.
“Pemprov sudah bekerjasama dengan Balit Palma dalam pengembangan kelapa. Ada varietas baru yang akan kita launching pada Bulan September ini, yakni bibit kelapa ODSK Lobu. Daging kelapanya lebih banyak dan dalam setahun setiap pohon bisa menghasilkan 300 buah kelapa,” pungkasnya.
Diketahui, Pemprov Sulut menerapkan program peningkatan berkelanjutan pada sektor tanaman tahunan, seperti peremajaan kelapa, serta pemberdayaan dan penguatan kelembagaan petani kelapa.
Semua upaya tersebut terus dilakukan, karena Olly menempatkan pembangunan pada sektor pertanian menjadi salah satu prioritas pemerintah daerah yang tercantum dalam program kerja turunan dari RPJMD 2016-2021, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor pertanian.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pembangunan, Inovasi dan Teknologi Bapelitbangda Sulut Deny Tatuwo menjelaskan, tujuan dilaksanakannya forum ABGC+M tersebut adalah untuk menyamakan persepsi dan menguatkan jaringan penelitian kelapa.
“Hal ini pun guna mendukung peranan Sulut sebagai klaster kelapa nasional,” kata Deny.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Rudi Mokoginta, Kadis Perkebunan Refly Ngantung, para akademisi, petani dan peneliti kelapa.
Editor : Christo Senduk