ZONAUTARA.com – Sekitar tanggal 21 September, Rachel Arnee Putri ditanyai ibunya Henita Pangkey. Remaja putri yang biasa disapa Achel ini terus saja memutar lagi berjudul Mama. Lagu itu diulang-ulangnya.
Henita menanyakan mengapa Acel saban hari memutar lagu itu. Sang putri yang sedang tidur-tiduran di kamar menjawab, “Saya suka ma, bagaimana kalo kakak pisah sementara dan lama dengan mama eh..”. Pertanyaan itu diikuti dengan pelukan hangat ke Henita.
Ibunya menjawab bijak sambil bercanda, “Kakak itu sudah dewasa, biasalah, kalau kakak terpisah dengan mama, jangan lupa kirim surat eh.”
Ingatan terhadap percakapan siang itu diposting Henita di linimasa Facebooknya.
Seminggu kemudian, 28 September 2018 menjelang malam. Tak ada yang menduga sama sekali, gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang disusul gelombang tsunami memporak-porandakan Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) di Sulawesi Tenggah.
Keluarga Henita tinggal di Petobo, Palu. Salah satu wilayah terparah yang bukan saja hanya dihancurkan oleh gempa, tetapi juga digulung oleh fenomena liquifaksi. Daerah itu luluh lantak.
Rumah mereka berada di jalan HM Soeharto, lorong Tabaro No 3. Seluruh bangunan di situ hancur. Termasuk rumah mereka yang ketika kejadian, Achel bersama adiknya Aldo Ramadhan berada di dalamnya.
Henita hari itu baru saja tiba di Batam. Suaminya, Akbar bersama anak bungsu mereka Gibriel sedang berada di Masjid Al Akbar sekitar 100 meter dari rumah. Sementara anak lainnya Bunga sedang mengikuti perkemahan sekolah di Tawaeli.
Dunia terasa kiamat. Berbagai video yang diunggah sesudah kejadian, menggambarkan kengerian dari kejadian bencana di Pasigala.
Ribuan orang tewas dan telah dikuburkan, sementara ribuan lainnya diperkirakan masih tertimbun reruntuhan bangunan, tanah, lumpur dan hilang. Puluhan ribu lainnya hingga saat ini berada di tenda-tenda pengungsian.
Dari warga yang dinyatakan hilang itu, Achel dan Aldo termasuk di dalamnya. Hingga kini Henita dan Akbar masih yakin bahwa kedua anak mereka masih hidup.
Keyakinan itu dipegang oleh Henita dan Akbar sebab saksi melihat Achel dan Aldo keluar dan lari menyelamatkan diri dari rumah.
Tuturan dari tetangga yang selamat, mereka sempat melihat kedua anak itu lari ke arah sekolah MTSN. Akbar yang bertemu pemilik bengkel langganan mereka di jalan Dewi Sartika tak jauh dari rumah mereka di Petobo diyakinkan bahwa Aldo sempat dilihatnya berada diluar lokasi liquifaksi sekitar jam 11 malam.
Teman anak mereka juga sempat bercerita bahwa dia sempat bersua dengan mereka pada tanggal 1 Oktober jam 10 malam, anak mereka berjalan kaki menuju jalan Basuki Rahmat Bawah ke arah Bandara Sis Aljufri.
Sementara teman Aldo bercerita bahwa dia melihat Aldo mengungsi ke lokasi Tugu Perdamaian dalam kondisi luka di bagian kaki.
Henita pulang ke Palu. Perih menyesakkan dadanya menyaksikan negeri yang ditinggalinya hancur dilebur bencana. Akbar tegar menghadapi keluarga mereka yang terpisah.
“Segala cara dan usaha kami lakukan untuk mencari Achel dan Aldo,” tutur Henita saat dihubungi, Minggu (4/11).
Pencarian di seluruh lokasi pengungsian di Palu sudah dilakukan, namun mereka tak jua menemukan keberadaan Achel dan Aldo.
Berbagai informasi yang diterima pun mereka telusuri, termasuk mencari ke Rumah Sakti Wahidin di Makassar, karena ada yang menyampaikan bahwa nama anak mereka ada di list korban Palu yang dirawat di rumah sakit itu.
Namun saat tiba di sana, Achel dan Aldo tak ditemukan. Henita terus menelusuri semua rumah sakit di Makkasar, lokasi pengungsian termasuk Asrama Haji Suddiang yang jadi lokasi penampungan pengungsi dari Palu.
Henita tak berputus asa, dia mendatangi Lanud Makassar dan mendapati nama anak mereka ada dalam daftar manifest yang diangkut dengan Hercules sewaktu tentara mengevakuasi pengungsi Palu yang ingin keluar.
Di Manifest itu Aldo terbang ke Makassar dan Rachel menuju Cengkareng. Henita juga telah menemui saksi yang duduk bersebelahan dengan Rachel sewaktu Hercules mengangkut mereka menuju Jakarta. Saksi itu meyakinkan dia sempat berbicara dengan Rachel yang mengatakan akan ke Cengkareng.
Sebulan lebih sudah lewat dari bencana yang dahsyat dan mematikan itu. Tetapi Achel dan Aldo belum juga ada kabarnya.
Henita yang terus berusaha dengan berbagai cara mencari keberadaan kedua anak mereka, yakin Tuhan akan menjawab seluruh doa-doa mereka.
Dia terus memposting optimisme akan berjumpa kembali dengan anak-anaknya di timeline Facebooknya.
Akbar yang dihubungi melalui pesan messanger mengatakan hal yang sama, yakin bahwa anak mereka masih hidup.
Yang Tersisa
28 Oktober. Henita mencoba mendatangi Petobo, di lokasi rumah mereka yang sudah rata dengan tanah. Dia mencoba menggais apa saja yang bisa diambil menjadi kenangan dari rumah yang mereka cintai itu.
Posisi bangunan rumah masih bisa ditelusuri, walau telah bergeser sekitar 200 meter dari posisi semula dan tertimbun sedalam empat meter.
Henita masih bisa menemukan beberapa pakaian mereka yang penuh lumpur. Diantara barang yang ditemukan termasuk barang kesayangan Achel yakni jaket dan baju yang masih terlipat rapih.
“Anehnya jaket dan baju itu tidak sedikitpun kena lumpur dan masih berbau wangi parfum kesayangan Achel,” tutur Henita.
Dia juga menemukan handphone lengkap dengan charger milik Aldo di atas kasur. Kedua barang itu juga dalam kondisi yang sangat baik, padahal kasur tertimpah beton rumah.
“Insya Allah anakku sayang, apa yang mama doakan sedang Allah kerjakan. Semakin banyak bukti dan naluri mama, semakin mama semangat mencari dan tanpa lelah dimanapun dan sampai kapanpun,” tutur Henita.
Henita baru saja merayakan ulang tahunnya. Bunga dan Gibriel memberi dia kejutan hadiah yang sangat istmewa. Kue ulang tahun, hasil dari tabungan mereka.
Henita merasa bersyukur walau kebahagiaan itu tanpa Achel dan Aldo. Usai ulang tahun Henita mengunggah video dengan latar musik yang syairnya menggambarkan kerinduan seorang ibu. Henita menulis, ” mama rindu nak”.
Henita berharap, jika ada yang melihat kedua anak-anaknya untuk segera menghubungi mereka melalui nomor telepon 082292227171
Berikut ciri-ciri Rachel dan Aldo:
RACHEL ARNEE PUTRI (ACEL), umur 21 tahun dengan ciri-ciri fisik: tinggi badan 155 cm (imut-imut), berat badan 45-50kg,
kulit putih, wajah oval, dagu lancip terbelah sedikit, hidung tidak mancung, alis dicukur tinggal separuh, mata menggunakan softlens hitam bening cerah sehingga mata kelihatan terang, rambut hitam pekat sebatas ketiak, ada bekas luka di siku kiri, tanda lahir di tangan tepat di nadi kanan (warna tanda lahir nyaris tidak keliatan karena samar-samar)
ALDO RAMADHAN (DODO), umur 18 tahun. dengan ciri-ciri fisik:
tinggi badan 168 cm (kurus tinggi), berat badan 63 kg, kulit sawo matang, Wajah lonjong berjerawat, dagu lancip, hidung mancung, alis tebal, rambut hitam tebal, luka bekas sobek di lutut kiri dan kanan.