MINSEL, ZONA UTARA.com – Saat melewati lokasi perkebunan rakyat, yang terletak di ruas jalan Desa Pinapalangkow dan Kapoya Satu, nampak asap tebal membumbung tinggi dan sebagiannya menyebar ke jalan.
Setelah didekati, ternyata asap tebal tersebut berasal dari upaya membuat arang tempurung, yang dilakoni Yoppy Mintalangi (60-an), warga Desa Kapoya Satu, Kecamatan Suluun Tareran, Minahasa Selatan.
Sambil menunggu proses pembakaran tenpurung menjadi arang kepada Zona Utara Rabu (7/11/2018), Yoppy menjelaskan bahwa usaha ini harus dijalaninya, mengingat harga penjualan kopra terus turun.
“Kopra yang barusan saya jual hanya dihargai sebesar Rp 4.800/kg,” ujar Yoppy.
Menurutnya, hasil penjualan tersebut masih belum bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi salah satu putrinya masih mengenyam pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unsrat Manado.
Tidak mau menyerah dengan situasi ini, ia pun lantas membuat arang tempurung dari tempurung sisa pengolahan kopranya.
Menurutnya, saat ini untuk satu kilogram arang tempurung dihargai sebesar Rp 3.000.
“Saya memiliki tempurung sebanyak 1000 kg, dan itu bisa menghasilkan arang tempurung sebesar 300-350 kg,” ujar Yoppy.
Proses penjualannya pun tergolong gampang, karena saat ini sudah ada penampung arang tempurung di desanya.
Meski demikian, proses pembuatannya harus dijaga, karena pembeli menginginkan kualitas yang baik.
“Selama proses pembakarannya apinya harus dikontrol agar arangnya tidak hancur atau menjadi debu,” jelas Yoppy.
Tidak mengherankan jika sambil bercerita, terkadang ia harus berlari bolak balik di dua bak pembakaran arang tempurung yang dibuat di dalam tanah
Bak tersebut berukuran 2×1 meter dengan kedalam 2.5 meter. Sambil memadamkan nyala api dengan air yang sudah disediakannya, sesekali juga Yoppy terlihat harus menekan tumpukan tempurung dengan kayu.
Tujuannya agar tak tercipta celah yang bisa menyebabkan nyala api tersulut besar, akibat hembusan angin yang masuk di antara celah yang ada.
Menurut Yoppy proses pembuatan arang tempurung ini memakan waktu sekitar enam jam.
Setelah selesai pembakaran, harus didinginkan terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan dalam karung.
Saat selesai biasanya para pembeli langsung membayar dan mengangkut sendiri arang tempurung tersebut.
Editor: Ronny Adolof Buol