bar-merah

VIDEO: Cenge-cenge, ceklen, dodorobe, inilah permainan anak tradisional Sulut

zonautara.com
Anak-anak bergembira memainkan permainan tradisional. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

MANADO, ZONAUTARA.com — Libur panjang bagi anak-anak sebentar lagi. Jangan biarkan anak-anak hanya bermain permainan eletronik, ajaklah anak bermain di luar rumah. Beberapa permainan tradisional dari masa tahun 1950an hingga 1990an masih bisa diajarkan bagi tumbuh kembang anak.

Memang permainan anak zaman dulu yang dilakukan beramai-ramai secara berkelompok sudah jarang ditemui. Sekarang anak-anak lebih memilih tinggal di rumah bermalas-malasan sambil bermain gadget tanpa bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Padahal permainan anak-anak tradisional memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak, misalnya dalam pertumbuhan kesehatan dan motorik anak. Belum lagi keseruan permainan yang bisa dinikmati bersama teman-teman sebaya yang secara emosi memberikan efek kesenangan dan kenangan bagi setiap anak.

Menumbuhkembangkan kesadaran solidaritas sosial sejak dini pada anak, yang pada zaman dulu dilakoni para orang tua pada tatanan masyarakat tradisional sangatlah penting.

Berikut beberapa permainan anak-anak tradisional Sulawesi Utara yang sempat kami didokumentasikan dalam bentuk video:

1.Ceklen

Permainan ceklen atau bekel biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di hampir semua wilayah Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua sampai lima orang anak dengan menggunakan biji bia atau kerang laut sebanyak empat, enam atau delapan biji bia sesuai dengan kesepakatan bersama.

Anak-anak akan duduk di lantai sambil bersila, memainkan bola dan bia. Sebelum bermain anak-anak harus melakukan suten untuk mencari siapa yang akan memulai permainan, berturut-turut sebanyak jumlah yang ikut bermain.

2.Tumbu-Tumbu Blanga

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan secara berkempok terdiri dari lima hingga enam orang. Mereka akan bermain di teras rumah sambil duduk bersila dan melingkar. Cara bermain tumbu-tumbu belanga adalah jari setiap anak dikepalkan dan disilangkan ditengah lingkaran. Kepalan tangan diurutkan bertingkat dari bawah ke atas.

Setelah semua kepalan tangan sudah menyatu di tengah lingkaran, maka anak-anak akan mulai bernyanyi lagu tumbu tumbu blanga, berturut turut dari kepalan yang paling bawah akan membuka telapak tangan mereka sampai kepalan yang paling atas.

3.Baka-Baka Sambunyi

Ini merupakan permainan mencari musuh atau lawan. Di daerah lain seperti di Jawa dan Sumatera lebih dikenal dengan nama petak umpet. Sebelum bermain anak-anak melakukan “hum-pim-pah” sebanyak anak yang ikut bermain. Setelah tinggal dua anak, barulah dua anak tersebut melakukan suten atau suit, dan yang kalah harus jaga blengko sambil menutup mata, sampai hitungan yang disepakati bersama. Anak yang ditutup matanya harus mencari teman-teman yang menjadi musuh atau lawan.

4.Cenge-Cenge

Permainan populer ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda. Di Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan permainan cenge-cenge, sedangkan di Jawa dikenal dengan engklek, atau sunda manda, sura manda, dan di daerah lain dikenal dengan permainan teklek, jlong-jling, dampu atau lempeng.

Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan, walaupun anak laki-laki juga sering ikut bermain. Cara bermain adalah melompat menggunakan satu kaki, dan tidak boleh menginjak garis petak-petak di atas tanah. Jika garisnya terinjak maka dianggap gugur atau kalah.

5.Dodorobe atau tembak-tembakan

Permainan ini biasanya dimainakan oleh laki-laki, lebih ke seni fisik dalam bermain perang-perangan. Senjata atau alat tembak yang dipakai adalah bambu cina atau dalam bahasa lokal Manado disebut bulu tui. Sedangkan untuk peluru dipakai kertas atau buah jambu air yang masih kecil.

Cara bermain dodorobe adalah anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok punya benteng dan saling tembak meniru adegan perang. Kelompok yang paling banyak kena tembakan dan bentengnya berhasil direbut dialah yang kalah.

6.Lompat Tali

Biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi anak laki-laki sering ikut serta bermain. Mereka menggunakan tali yang terbuat dari karet maupun akar pohon. Permainan ini dimulai dengan mencari pemenang dengan cara “hum-pim-pah”, untuk menentukan siapa yang akan pegang tali.

Dua orang yang kalah diharuskan untuk memegang ujung tali, dan pemenangnya melompatinya sampai tidak menyentuh tali itu. Jika dalam lompatan terkena atau menyentuh tali, maka akan diganti oleh pemegang tali hingga bergantian terus menerus.

7.Slepdur

Dikenal juga dengan nama ular naga, biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki secara bersama-sama. Zaman dulu, slepdur dimainkan di malam hari saat bulan purnama. Jumlah pemain dari slepdur harus banyak agar lebih seru. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan yang luas.

Anak-anak berbaris bergandeng tangan dan ditaruh di bahu teman, dibuat layaknya ekor ular naga yang panjang. Biasanya anak yang tinggi yang menjadi kepala naga. Selain ekor ular ada dua anak yang akan menjadi gerbang dan mereka akan memilih salah satu anak untuk dijadikan tumbal atau pengganti gerbang. Disaat ular sedang berjalan, anak-anak akan menyanyikan lagu slepdur untuk menentukan ketukan berhentinya ular naga.

8.Tuan Dosep

Ini termasuk permainan anak-anak yang sudah ada sejak zaman Belanda masuk ke Indonesia. Permainan ini terdiri dari satu orang anak yang menjadi si miskin dan meminta anak kepada kelompok anak yang banyak jumlahnya.

Si miskin akan memilih anak dari si kaya, sambil berjalan maju dan menyebut nama anak yang akan dimintanya. Begitu seterusnya sampai kelompok anak yang banyak jumlahnya habis.

9.Tali Koko

Permainan ini harus dimainkan secara berkelompok. Tali Koko dikenal juga dengan nama permainan Gobak Sodor, Sodoran atau Galah Asin.

Cara bermainnya, satu tim menjadi tim penjaga garis batas dan satu tim lagi sebagai tim penembus benteng. pemain Permainan ini terdiri dari empat sampai enam orang anak. Setiap anggota dari tim pemain akan berusaha menembus garis belakang penjaga arena.

Tim penjaga garis akan mencegah agar tim pemain tidak bisa melewatinya. Tim penembus benteng harus melewati penjaga garis jangan sampai badannya tersentuh tangan tim lawan. Bila badannya tersentuh tim penjaga garis batas maka permainan berganti.

Tim penjaga garis menjadi tim penembus benteng, begitu seterusnya sampai ada tim yang bisa melewati garis batas tanpa tersentuh tangan penjaga garis dan merebut benteng. Tim itulah yang menjadi pemenang.

zonautara.com
Banyak nilai sosial yang didapatkan dari permainan anak tradisional. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com