bar-merah

TWA Batuputih diakui beri manfaat untuk masyarakat sekitar

primata yaki
Yaki dipotret di Taman Wisata Alam Batuputih Tangkoko (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

BITUNG, ZONAUTARA.com – Sarasehan yang berlangsung di Camping Ground Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih, yang dilaksanakan dalam rangka 100 tahun Tangkoko membahas bagaimana masyarakat sekitar yang ada di sekitar wilayah konservasi Tangkoko mendapatkan manfaat dari kehadiran taman wisata alam tersebut.

Berlangsung selama dua hari, 5-6 Maret 2019 semua peserta sarasehan yang berasal dari berbagai pihak saling berdiskusi dan bertukar pengalaman soal pemanfaatan kawasan konservasi bagi masyarakat sekitar.

Beberapa peserta yang berasal dari desa-desa sekitar Cagar Alam Tangkoko Batuangus mengungkapkan bagaimana kawasan konservasi yang ada di Kota Bitung itu telah berdampak terhadap perekonomian desa.

“Desa Batuputih Bawah mengalami peningkatan ekonomi khususnya bagi guide. Sebab ada 60 guide warga lokal yang mendapat Surat Keputusan dari desa untuk menjadi guide,” ungkap Lurah Batuputih Bawah,
Alfrets Huria.

Menurut Huria, sejak dulu masyarakat Batuputih Bawah telah memanfaatkan kesempatan untuk menjadi guide bahkan ada yang sudah sampai go internasional.

Ketua Lembaga koordinasi Kelurahah (LKK) Duasudara, Jonny Mandang menjelaskan masyarakat di Duasudara sebelumnya tidak mengerti apa itu konservasi, tapi dengan adanya program-program dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui Yayasan Selamatkan Yaki, dan Enhancing The Protected Area System in Sulawesi (E-PASS) masyarakat diedukasi mengenal lingkungan dan konservasi.

“Sekarang masyarakat lebih sadar untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, terlebih terhadap satwa Yaki. Saat Yaki masuk ke pemukiman kami langsung mengusir agar kembali ke hutan mereka,” ungkap Mandang.

zonautara.com
Situasi hari ke dua Sarasehan 100 Tahun Tangkoko. (Foto: zonautara.com/Tesa Senduk)

Sama halnya dengan Lurah Kelurahan Duasudara, Hance Porayow, yang mengungkapkan bahwa pihaknya selalu mengedukasi masyarakat soal pentingnya melestarikan satwa endemik di wilayah konservasi.

“Dalam pengamatan kami masyarakat sudah cukup sadar karena setiap Yaki masuk pemukiman, masyarakat langsung berusaha mengusir mereka kembali ke wilayah hutan,” kata Porayow.

Koordinator Lapangan Kawasan Pelestarian Alam Tangkoko E-PASS,
Lilik Yuliarso yang menjadi inisiator selaku Sarasehan 100 tahun Tangkoko merasa bangga kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik, dan bisa melibatkan perserta secara aktif berdiskusi.

“Intisari dari semua diskusi yang digelar adalah soal bagaimana manfaat kawasan konservasi bagi masyarakat dan para pihak yang terlibat di dalamnya,” kata Lilik

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com