bar-merah

Waspada, musim kemarau mungkin lebih parah dari 2018

Ilustrasi (Foto: Pixabay.com)

MANADO, ZONAUTARA.com – Badang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau 2019 di Sulawesi akan terjadi pada Agustus hingga September.

Sementara untuk wilayah Pulau Jawa akan datang lebih cepat pada Juli-Agustus. Untuk pulau Sumatera dan Nusa Tenggara diperkirakan puncak musim kemarau akan sama dengan di Sulawesi.

Kepala Subbidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat Adi Ripaldi mengingatkan beberapa daerah akan mengalami kekeringan yang lebih parah dibanding tahun lalu. Terutama yang musim kemaraunya jatuh pada Juni-Agustus.

Menurut Adi, curah hujan bakal jauh lebih kecil dibandingkan 20 milimeter per bulan yang terjadi sepanjang kemarau 2018.

BMKG menghimbau agar semua pihak segera bersiap dan meningkatkan kewaspaan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan yang lebih parah dibanding tahun lalu.

Baca juga: Ini prediksi musim kemarau di Sulut

Sementara Pusat Analisis Situasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana memperkirakan akan terjadi hari tanpa hujan yang ekstrem, yakni lebih dari 60 hari, di kawasan Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Timur.

Di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan Papua, akan mengalami hari tanpa hujan yang sangat panjang, yakni selama 30-60 hari.

Selama kemarau 2018 ada 4,87 juta jiwa yang terdampak dan harus mengungsi dari tempat tinggal mereka. Daerah yang terdampak kekeringan ada di 11 provinsi, 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan dan 4.053 desa.

Dampak kemarau terhadap pertanian juga harus diwaspadai karena akan berdampak pada gagal panen. Di Cimahi, Jawa Barat, lahan pertanian mulai kering karena irigasi dari Sungai Cijanggel, Cisarua, Bandung Barat tak lagi mengalirkan air.

Tanaman padi merupakan salah satu tanaman yang akan paling terpengaruh, karena tanaman ini sangat tergantung pada irigasi dan ketersediaan air yang terus menerus.

Walau data Kementerian Pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 2,33 persen produksi padi dari 2017 ke 2018, namun ancaman dampak musim kemarau yang parah tahun ini perlu diwaspadai.

Dari data yang diolah Badan Pusat Statistik, produksi padi di Sulawesi Utara juga mengalami kenaikan sebesar 14,4 pesen dari tahun 2017 ke 2018.

Sejumlah daerah di Sulut, kini mulai merasakan datangnya musim kemarau. Di Kota Manado, panas terik mulai dikeluhkan warga.

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com