Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home REHAT Wisata dan Perjalanan

Jiwika dan Obia punya cerita

by Rahadih Gedoan
A A
zonautara.com

Suasana Jiwika.(Foto: zonautara.com/Ronny Buol)

JAYAWIJAYA, ZONAUTARA.com – Hari keempat di Jayawijaya kami (Ronny Buol, Fine Wolajan, dan Suhandri Lariwu) memilih pergi ke kampung-kampung. Tak mudah ke sana karena terbatasnya transportasi. Pilihannya adalah carter kendaraan dengan harga yang cukup mahal atau naik kendaraan umum dengan suasana yang aduhai. Beberapa turis ada yang memilih jalan kaki.

Setelah tanya sana-sini, akhirnya kami memilih ke Jiwika, Distrik Kurulu. Dari Wamena kami naik angkot (di sini disebut taxi) yang pintunya tinggal diikat tali agar tak copot. Sopirnya yang orang Probolinggo, Jawa Timur, mengantar kami terminal Jibima.

Tiba di terminal itu, saya memotret angkot tadi. Pas memotret tetiba seorang bapa brewokan langsung menghampiri dan minta uang. Alasannya saya memotret anaknya yang berdiri di depan angkot. Sempat berbantahan, tapi saya memilih memberinya Rp 5 ribu.

Kami lalu ke Jiwika dengan angkot sopirnya orang Papua. Sepanjang jalan Fine Wolajan tak henti merekam sajian alam yang luar biasa indah. Kami turun di pertigaan kampung wisata Jiwika, disambut mama bertelanjang dada.

Lalu kami masuk ke sirimo (kompleks honai satu rumpun keluarga). Di sini kami bermaksud memotret mumi Jiwika yang berusia lebih dari 300 tahun. Namun niat kami urung saat perwakilan sirimo meminta jasa Rp 1,5 juta agar mumi bisa dikeluarkan.

Baca Pula:

Kebebasan pers

Dewan Pers dan AJI mendorong kolaborasi multipihak untuk kebebasan pers di Papua

31 January 2022
anak papua

Harapan Mama Rita dan anak-anak Papua

4 January 2023
zonautara.com
Suhandri Lariwu berpose di kawasan objek wisata Jiwika.(Foto: zonautara.com/Ronny Buol)

Kami lalu ke Obia, kampung sebelahnya. Di sini banyak sirimo, termasuk satu sirimo yang di dalamnya terdapat beberapa honai (rumah tradisional orang Papua) yang dibangun khusus untuk pejalan yang menginap dengan harga Rp 200 ribu per malam. Kami disambut warga Obia yang bernama Aser, yang telat bangun dan ditinggal orang sekampung pergi ke Festival Budaya Lembah Baliem di Wamena.

Usai memotret di Obia, kami mau ke pasir putih di Pikey. Keluar ke jalan umum dan menunggu angkot dari arah Wosi. Setelah sekitar 30 menit menunggu sebuah angkot datang. Penuh dengan penumpang, tapi kami tetap juga diminta naik. Pun setelah jalan sopirnya yang orang Papua, tetap memaksa penumpang lain naik.

Alhasil, angkot yang idealnya hanya memuat 10 orang, kini disesaki 25 penumpang. Suhandri Lariwu dan Fine masih sempat membuat vlog sebelum per ban belakang patah dan memaksa kami semua turun!

Lucunya saat penumpang paksa sopirnya buka pintu (pintu angkotnya hanya bisa dibuka oleh sopirnya), si sopir nyelonong pergi begitu saja naik mobil lain dan meninggalkan kami semua. Kami bertiga tertawa saja.

Sekitar 45 menit kemudian, sebuah mobil double cabin lewat, dan berbelas kasihan memberi kami tumpangan kembali ke terminal. Kami memilih tak lagi ke pasir putih. Mobil double cabin itu dipacu dengan kecepatan yang bikin jantung harus dipeneti.

Kami duduk di bagian cabin belakang yang terbuka. Untungnya pemandangan yang sangat indah membuat kami begitu bersemangat. Papua sungguh indah.

Laporan: Ronny Buol

Editor: Rahadih Gedoan

Tags: papuaWisata Papuabaliem
ShareTweetSend

Related Posts

Desa Budo
Wisata dan Perjalanan

Menikmati pendar cahaya lautan dari ujung Desa Budo

27 September 2022

...

Bahoi
Wisata dan Perjalanan

Merasakan dersik aduhai kehidupan di desa Bahoi

5 September 2022

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.