Hidup dalam kesederhanaan adalah pijakan Yesus Kristus ketika menyebarkan ajarannya semasa hidup. Teladan kesederhanaan semacam itu semestinya juga menjadi pijakan kita umat Nasrani dalam merayakan Natal.
Kasih yang Yesus bawa bukanlah barang mewah yang harus ditebus dengan harta yang paling mahal. Dia menginginkan kita menyebarkan Kasih dengan kerendahan dan dari hati yang paling tulus. Kasih sejatinya bukan perbuatan transaksional melainkan keterpanggilan. Mengasihi sesama manusia tidaklah mungkin dilakukan jika kita tidak mengasihi Tuhan. Itulah inti ajaran Yesus.
Praktik kesederhanaan hidup yang didemonstrasikan Yesus selama hidupnya, semestinya itu juga yang kita ejawantahkan sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Kesederhanaan akan menuntun kita pada kebahagiaan nurani yang tidak mengambil berlebihan dan menghormati hak orang lain.
Kesederhanaan adalah energi kehidupan yang memberi arti dan manfaat yang luar biasa. Dengannya kita menghormati orang lain sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Pun demikian kita menghormati alam dengan sikap yang sama. Kita membutuhkan alam, sebab dari sana juga kita menopang kehidupan. Dari alamlah kita memperoleh pangan, papan dan sandang.
Tetapi mengeksploitasi alam secara berlebihan merupakan tindakan yang jauh dari rasa hormat terhadap Pencipta. Alam punya batas toleransi, dan jika kita melewatinya alam akan murka.
Sepanjang 2019, setidaknya hingga 23 Desember, Badan Penanggulangan Bencana Nasional mencatat telah terjadi 3.721 bencana alam di Indonesia. Angka itu hanyalah bencana yang menimbulkan korban jiwa, tidak termasuk bencana alam yang tidak memakan korban jiwa.
Bencana yang dicatat itu meliputi kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, gelombang pasang, erupsi gunung berapi, puting beliung dan sebagainya.
Di luar bencana yang disebabkan aktivitas geologi, ribuan bencana disebabkan oleh eksploitasi berlebihan manusia terhadap alam, yang justru menopang kehidupannya di dunia.
Saat ini kontinen-kontinen bumi telah disesaki hampir 8 milar manusia. Jika semua orang itu ditempatkan dalam satu timbangan, beratnya akan melebihi 300 juta ton. Jika semua binatang domestikasi (sapi, babi, domba, ayam, dll) dijejalkan di satu tempat, beratnya mencapai 700 juta ton. Sebaliknya berat seluruh binatang liar (maleo, anoa, penguin, harimau, yaki, dsb) tak sampai 100 juta ton.
Layar-layar televisi dan buku-buku anak kita masih dipenuhi dengan jepara, ikan paus, macan tutul, gajah, monyet, dan hewan liar lainnya. Tetapi di alam riil sisanya tinggal sedikit, bahkan beberapa di antaranya telah benar-benar punah.
Jika kita terus-terusan mengeksploitasi alam tanpa memikirkan degradasi ekologis, percayalah satu saat semuanya tinggal sejarah belaka. Bayangkanlah jika kita sebagai manusia hidup di bumi tanpa ditemani makhluk lain.
Ajaran Kasih yang dibawa Yesus ribuan tahun lalu, dan momentum kelahiranNya kita rayakan dengan Natal, semestinya mampu mengingatkan kita tentang kesederhanaan, sebagaimana Dia lahir di tempat yang paling sederhana.
Sudah saatnya kita merenungkan ini dengan sungguh-sungguh, lalu mempraktikkan itu dalam kehidupan kita. Kasih Natal yang damai itu bukan hanya bagi sesama, tetapi juga mengirim pesan harmonisasi kedamaian dengan alam. Pikirkan itu!.
Selamat merayakan Natal.