ZONAUTARA.COM – Virus corona atau Covid 19 kini telah menjadi pandemi, seperti yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Wabah itu menjangkiti orang di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.
Semua perhatian kini tertuju pada penanganan dan pencegahan virus corona. Hingga artikel ini ditulis sudah ada 173.167 orang tertular di seluruh dunia, dan 6.664 orang diantaranya meninggal dunia.
Virus ini diketahui bermula dari Wuhan di provinsi Hubei, China. Banyak yang menyebut, virus corona bermula dari orang yang memakan menu daging kelelawar. Tetapi siapakah sebenarnya orang pertama yang tertular virus corona?
Media South China Morning Post (SCMP) mencoba menelusurinya, dengan melihat dokumen yang dimiliki oleh Pemerintah China. Penelusuran membawa mereka pada tanggal yang penting, yakni 17 November 2019.
Pihak berwenang China pada akhir tahun 2019 mengidentifikasi setidaknya ada 266 orang yang terinfeksi pada tahun lalu, yang semua pasien itu berada di bawah pengawasan medis di beberapa titik.
Wawancara yang dilakukan dengan whistle-blower dari komunitas medis menunjukkan bahwa dokter di China baru menyadari bahwa mereka sedang menghadapi penyakit yang benar-benar baru pada akhir Desember.
Para ilmuwan baru memetakan pola penularan awal Covid 19 di China tengah pada Januari, dua bulan sebelum wabah ini menjadi krisis kesehatan global.
Mencari tahu kasus yang tidak terdeteksi dan tidak terdokumentasi menjadi penting untuk memahami bagaimana penyakit ini menyebar dan akan meningkatkan pemahaman para ilmuwan tentang ukuran ancaman dari virus corona.
Menurut data pemerintah, seseorang yang disebut berusia 55 tahun dari provinsi Hubei bisa menjadi orang pertama yang terkontak dengan Covid 19 pada 17 November 2019.
Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan saban hari. Pada 15 Desember, jumlah total yang terinfeksi mencapai 27 orang. Peningkatan dua digit orang terinfeksi pertama kali dilaporkan pada 17 Desember dan pada 20 Desember. Jumlah total kasus yang dikonfirmasi waktu itu telah mencapai 60 orang.
Pada tanggal 27 Desember, Zhang Jixian, seorang dokter dari Rumah Sakit Terpadu Pengobatan Cina dan Barat di Provinsi Hubei, mengatakan kepada otoritas China bahwa penyakit itu disebabkan oleh virus corona baru. Pada tanggal itu, lebih dari 180 orang telah terinfeksi, meskipun dokter mungkin belum mengetahui semuanya pada saat itu.
Pada hari terakhir di tahun 2019, jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 266 orang, dan pada hari pertama di tahun 2020, jumlahnya telah mencapai 381 kasus.
Pasien nol
Para ilmuwan sekarang ingin mengidentifikasi siapa yang disebut sebagai “Pasien Nol”. Keberadaan pasien ini dapat membantu mereka melacak sumber virus corona yang sesungguhnya. Selama ini virus corona dianggap melompat dari hewan liar ke manusia, yang sangat mungkin dari kelelawar.
Dari sembilan kasus pertama yang dilaporkan pada bulan November terdapat empat pria dan lima wanita, namun tidak satupun yang dikonfirmasi sebagai pasien nol. Kesembilan orang ini berusia antara 39 hingga 79 tahun, tetapi tidak diketahui berapa banyak yang merupakan penduduk Wuhan, yang diyakini sebagai pusat penyebaran virus corona.
Ada kemungkinan kasus yang datang lebih awal namun tidak terlacak dalam dokumen yang dipelajari oleh SCMP.
Menurut lama WHO, kasus Covid 19 pertama yang dikonfirmasi di China terjadi pada 8 Desember 2019, namun organisasi kesehatan dunia itu tidak melacak secara detil melainkan hanya bergantung dari suplai informasi negara-negara anggotanya.
Sebuah laporan lain yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, yang ditulis oleh dokter China dari Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, yang merawat beberapa pasien paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang diketahui adalah 1 Desember 2019.
Dr Ai Fen, orang pertama yang membuka informasi ini kepada publik mengatakan kepada majalah People dalam sebuah wawancara yang kemudian disensor, bahwa tes menunjukkan seorang pasien di Rumah Sakit Pusat Wuhan didiagnosis pada 16 desember sebagai orang yang tertular virus corona yang tidak diketahui.
Editor: Ronny Adolof Buol