ZONAUTARA.com – Corona disease 2019 (Covid-19) yang disebabkan SARS-CoV-2, kian menjadi ancaman serius bagi populasi umat manusia yang ada di muka bumi. Banyak negara yang tidak siap menghadapi kemungkinan serangan wabah yang kini dianggap sebagai pandemi ini.
F. William Engdahl dalam tulisannya yang berjudul Coronavirus, Vaccines and the Gates Foundation menuding adanya sebuah rekayasa yang sudah lama direncanakan dari Bill Gates dan yayasannya.
“Sebenarnya pandemi global seperti flu adalah sesuatu yang telah disiapkan Gates dan yayasannya selama bertahun-tahun,” tulis William.
Cara penyebaran virus Corona yang sangat cepat dan mengakibatkan kematian, jelas turut mengancam keberlangsungan hidup ras manusia. Lepas dari persoalan konspirasi Gates, hingga kini Corona belum memiliki antivirusnya.
Vaksin yang dikembangkan di sejumlah perusahaan ternama masih dalam tahap uji coba sementara kematian setiap harinya makin memprohatinkan. China sebagai satu-satunya negara yang berhasil melawan wabah tersebut, lebih mengutamakan sistem imun dari setiap orang yang terpapar.
Penyebaran Corona di Indonesia diatasi dengan sistem medis yang jauh dari profesional. Padahal para tenaga medis yang bertugas di daerah tanggap darurat telah diberikan tambahan insentif oleh pemerintah.
Berdasarkan pengakuan seorang artis Indonesia, Melanie Subono, yang ingin memeriksakan diri karena dicurigai terpapar Corona, harus merogoh kocek sendiri membiayai serangkaian pemeriksaan, yang itupun bukan untuk mengetahui terpapar Corona atau tidak.
Sebuah tim yang dibentuk pemerintah dan diberi nama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pun terkesan tidak sigap bertindak. Pintu masuk bandara selalu saja dibiarkan tanpa adanya pemeriksaan ketat dari petugas medis.
Dengan kondisi yang makin hari makin bertambah korban yang terpapar Corona, masyarakat Indonesia terancam. Hampir semua daerah mengisolasikan orang-orang yang diberi status Orang Dalam Pemantauan sementara tidak ada pemeriksaan SWAB yang diharuskan oleh prosedur.
Sepertinya tidak ada jalan lain dalam mengatasi penyebaran Corona ini selain inisiatif untuk menggunakan hand sanitizer, masker, mengisolasi diri, dan membangun sistem imun tubuh. Soal masker, dalam situasi yang darurat ini sejumlah politisi memborong masker yang kemudian dibagikan untuk kepentingan pencitraan.
Alhasil, masker menjadi barang yang sangat langka di apotik ataupun supermarket. Seharusnya politisi berpikir dan mengambil langkah penting sebagai usaha penyelamatan ras manusia. Mengembalikan masker ke pasar dan membiarkan mekanisme pasar berlaku atas masker-masker itu sehingga masyarakat bisa membelinya.
Kemungkinan munculnya ras manusia baru
Situasi ini mengingatkan pada seorang profesor Fisika, yaitu Stephen Hawking. Ilmuwan ini pernah meramalkan adanya ras baru manusia super. Seperti yang dilansir The Times, ilmuwan paling terkenal di dunia abad ke-20 ini menunjukkan bahwa rekayasa genetika kemungkinan akan menciptakan spesies manusia super baru yang dapat menghancurkan umat manusia.
Ia menyarankan bahwa orang kaya akan segera dapat memilih untuk mengedit DNA mereka sendiri dan anak-anak mereka untuk menciptakan manusia super dengan daya ingat yang meningkat, ketahanan terhadap penyakit, kecerdasan dan umur panjang.
“Mungkin akan ada hukum yang dibuat melawan rekayasa genetika pada manusia. Namun beberapa orang tidak akan bisa melawan godaan untuk meningkatkan kemampuan manusia, seperti memori, ketahanan penyakit, dan juga usia hidup,” kata penulis buku Brief Answers To The Big Questions ini.
Terkait pandemi Corona, siapa yang bertahan dan tidak mati, selain yang berhasil membangun imun tubuh, besar kemungkinannya adalah orang yang telah berhasil melakukan rekayasa genetika melalui vaksin yang membuat tubuhnya tahan penyakit.
Para ilmuwan harus mengambil peranan terbesarnya dalam penemuan vaksin. Intinya adalah kelangsungan hidup ras manusia di planet ini harus diselamatkan. Biarlah kiamat sebagai akhir hidup manusia di bumi adalah urusan Tuhan, bukan urusan konspirasi depopulasi.