Peneliti di Myanmar temukan 6 virus corona baru pada 3 spesies kelelawar

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Kelelawar yang dijual di pasar tradisional. (Foto: Zonautara.com/Ronny A. Buol)



ZONAUTARA.COM – Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti internasional melaporkan temuan mereka tentang virus corona pada kelelawar.

Dikutip dari CNN Indonesia, para peneliti ini menemukan adanya enam virus corona baru yang terdapat pada tiga spesies kelelawar yang berkeliaran di tiga lokasi di Myanmar.

Program penelitian yang diberi nama PREDICT dan didanai oleh Pemerintah Myanmar itu mengidentifikasi penyakit menular yang berpotensi melompat dari hewan ke manusia.

Para peneliti memulai program PREDICT sejak 2016 dan mengumpulkan 464 sampel air liur dan kotoran kelelawar dari 11 spesies kelelawar yang berbeda.

Sampel-sampel itu dikumpulkan dari daerah dimana manusia berinteraksi sangat dekat dengan kelelawar. Masyarakat disitu mengembangkan bisnis pupuk berbahan kotoran kelelawar dan menjadikan lokasi itu sebagai objek wisata.

“Temuan kami menunjukkan bahwa ada sebuah gua dimana orang-orang secara rutin mencari kotoran kelelawar untuk dijadikan pupuk lalu gua ini juga berfungsi sebagai ekowisata,” tulis para peneliti dari jurnal ilmiah berjudul Detection of Novel Coronaviruses in Bats in Myanmar, melansir Live Science.

Para peneliti kemudian menganalisis urutan genetik dari ratusan sampel dan membandingkannya dengan genom virus corona SARS-Cov-2.

Berdasarkan hasil studi, virus corona baru ditemukan di tiga spesies kelelawar yaitu Scotophilus heathii, Chaerephon plicatus, dan Hipposideros larvatus. Sementara nama-nama virus corona baru sesuai urutan spesies ialah PREDICT-Cov-90, PREDICT-Cov-47 dan 82, lalu PREDICT-Cov-92, 93, dan 96.

“Banyak virus corona baru yang kemungkinan tidak terlalu berisiko bagi manusia, maka kami akan mengidentifikasi lebih lanjut untuk menyelidiki potensi ancaman virus-virus ini,” kata Director of The Smithsonian’s Global Health, Suzan Murray.

“Melakukan pengawasan, penelitian, dan edukasi adalah cara terbaik untuk mencegah pandemi ini sebelum terjadi,” sambungnya.

Untuk mencari tahu lebih lanjut terkait studi ini, pembaca bisa mengakses jurnal ilmiah berjudul Detection of Novel Coronaviruses in Bats in Myanmar di alamat https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0230802.

Pada bagian atas jurnal ilmiah itu, tertulis ‘Peer-Reviewed’ yang memiliki maksud karya ilmiah telah diulas oleh rekan sejawat atau pakar di bidang kajian yang sama sebelum layak untuk dipublikasikan.

Mengutip The New York Post, dokter hewan satwa liar di Program Kesehatan Global Smithsonian, Marc Vaitutto mengatakan fenomena tersebut mengingatkan betapa dekatnya hubungan kesehatan antara manusia dan hewan di suatu lingkungan.

“Di seluruh dunia, manusia berinteraksi dengan satwa liar dengan frekuensi yang semakin meningkat, sehingga semakin kita memahami tentang virus ini bisa bermutasi dari hewan ke manusia atau spesies lain,” kata Marc.

Saat ini, jumlah akumulatif pasien positif Covid-19 di seluruh dunia per hari ini (16/4) pagi mencapai 2 juta jiwa, 134.375 meninggal dunia, sementara pasien sembuh mencapai 509.853 orang.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
1 Comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com