Oleh: Prof. Dr. Trina E. Tallei dan dr. Nurdjannah Jane Niode, SpKK(K) *
Infeksi coronavirus menimbulkan tantangan tersendiri. Individu yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya sebelum timbul gejala klinis. Puncak viral load dan potensi penularan sangat tinggi terjadi sekitar sehari sebelum gejala muncul. Beberapa individu tidak akan mengalami perkembangan gejala (asimtomatik), tetapi tetap dapat menularkan kepada orang lain. Identifikasi pasien asimtomatik sangat penting, karena hal ini memungkinkan untuk mendeteksi ‘hot spot’ infeksi sejak dini serta mengisolasi individu yang terinfeksi secara efektif sehingga rantai infeksi dapat diputuskan.
Menurut Sigrun Smola, Professor of Virology, Saarland University dan Director of the Institute of Virology, Saarland University Hospital, pencegahan penularan coronavirus hanya mungkin dilakukan jika menggunakan pengujian skala besar untuk mengidentifikasi pasien asimtomatik dan dengan demikian mencegah infeksi yang paling rentan.
Per tanggal 30 April, jumlah pasien positif COVID-19 di Sulawesi Utara berjumlah 44 orang. Beberapa pasien diduga terpajan akibat transmisi lokal. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah berupaya membangun laboratorium biosafety level 3 (BSL-3) khusus untuk aktivitas penelitian/pemeriksaan yang membutuhkan tingkat keamanan tinggi, dilengkapi dengan beberapa mesin real time-PCR (RT-PCR).
Laboratorium tersebut berlokasi di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado. Dalam sekali running, mesin ini dapat memeriksa sebanyak 96 sampel. Rapid test seringkali memberikan hasil negatif atau positif palsu, sehingga tes yang akurat menggunakan RT-PCR sangat dibutuhkan.
Untuk mengetahui apakah suatu komunitas masyarakat yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19 telah terinfeksi atau tidak, maka sebaiknya masing-masing individu di dalam komunitas tersebut diperiksa menggunakan RT-PCR. Akan tetapi, yang menjadi kendala yaitu kurangnya ketersediaan reagen PCR. Untuk itu, pooling sample dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2 pada orang-orang yang tanpa gejala (asymptomatic people) dari komunitas kontak erat tersebut.
Strategi ini disarankan oleh Lohse dkk yang diterbitkan pada jurnal The Lancet Infectious Diseases tanggal 28 April 2020. Strategi ini telah diterapkan di Sumatera Barat, seperti yang disampaikan oleh dr. R. Lia Iswara, Sp.MK-K, Ph.D (Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara) (hasil komunikasi pribadi).
Satu pool merupakan kumpulan dari 30 sampel yang dijadikan satu kemudian diuji menggunakan RT-PCR. Strategi ini dapat mengurangi beban penggunaan reagen maupun mesin RT-PCR. Apabila dalam sampel pool mendapatkan hasil negatif, maka komunitas masyarakat tersebut diyakini tidak terpajan COVID-19. Akan tetapi, apabila satu pool tersebut positif, maka dapat dipastikan bahwa dari 30 sampel tersebut ada yang positif, sehingga uji dapat dilakukan dengan melakukan pool dengan jumlah sampel yang lebih sedikit dari sampel-sampel tersebut.
Keuntungan lain dari metode ini adalah cost effective (mengurangi pemakaian jumlah kit, meningkatkan kapasitas uji), mendeteksi individu tanpa gejala (pasien asimtomatik) dan sampel positif dengan kapasitas diagnostik yang cukup. Untuk itu strategi ini hanya dilakukan terhadap pasien-pasien yang asimptomatik dan di daerah prevalensi COVID-19 yang rendah sehingga dapat melacak lebih awal penyebarannya.
Strategi ini dapat diterapkan ketika terjadi pandemi berikutnya di masa depan, sehingga membantu memperkirakan kapan harus bersiap untuk mengantisipasi peningkatan kasus, atau untuk mengidentifikasi kapan virus mulai menyebar ke wilayah geografis baru.
Sumber:
Pooling of samples for testing for SARS-CoV-2 in asymptomatic people. https://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099(20)30362-5/fulltext
Further evidence ‘pooling of samples’ for SARS-CoV-2 helps boost testing capacity, https://www.news-medical.net/news/20200429/Further-evidence-pooling-of-samples-for-SARS-CoV-2-helps-boost-testing-capacity.aspx
Virologists show that sample pooling can massively increase coronavirus testing capacity. https://www.eurekalert.org/pub_releases/2020-04/su-vst042820.php
Penulis
Prof. Dr. Trina E. Tallei, adalah tenaga pengajar di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi.
dr. Nurdjannah Jane Niode, SpKK(K) bekerja di Bagian Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi.