MANADO, ZONAUTARA.COM – Selama bulan Mei 2020, Satgas Covid-19 Sulut nyaris saban hari melaporkan temuan kasus baru dari hasil pemeriksaan laboratorium swab test, baik yang dilakukan terhadap kontak erat resiko tinggi dari pasien terkonfirmasi positif, maupun hasil pemeriksaan di lapangan.
Hanya 10 hari di bulan Mei, Satgas Covid-19 Sulut melaporkan nol kasus positif. Mengawali bulan Mei, yakni tanggal 1 hingga tanggal 7, masyarakat Sulut seperti mendapat harapan baru bahwa penularan virus corona mulai menurun. Hal itu disebabkan dalam satu pekan pertama di bulan Mei, Sulut tak pernah mengumumkan kasus baru positif.
Namun pada tanggal 8 Mei, kasus baru positif mulai diumumkan kembali, seiring dengan beroperasinya laboratorium tes real time polymerase chain reaction (RT-PCR) yang dikelola Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BPTKLPP) Kelas I Manado.
Laboratorium yang mampu memeriksa sekitar 180 sampel sapuan lendir pada swab test ini, beroperasi sejak awal Mei. Kehadiran laboratorium di Manado ini memberkan kontribusi bagi peningkatan hasil positif terkonfirmasi covid-19, seiring dengan semakin masifnya tim surveilans turun ke lapangan.
Sejak saat itu, hanya tanggal 11 dan 17 Mei lagi, tak ada kasus baru positif yang dilaporkan. Bahkan pada tanggal 21 Mei, masyarakat Sulut dikejutkan dengan tingginya kasus baru positif, yakni 30 kasus positif yang diumumkan hari itu.
Sulut peringkat 10
Jika diambil data rata-rata penambahan kasus baru dalam dua pekan terakhir di bulan Mei, maka Sulut menduduki peringkat 10 dari 34 provinsi di Indonesia.
Rerata kasus baru positif di Sulut dalam dua pekan itu (18 hingga 31 Mei) adalah 16 kasus. Tak satu hari pun dalam dua pekan itu, Sulut tidak mengumumkan adanya kasus baru positif.
Penambahan kasus baru yang cukup banyak ini (total 292 kasus positif sepanjang Mei) juga dikarenakan kecepatan pemeriksaan hasil swab test dengan ketambahan satu lagi laboratorium pemeriksa sampel, yakni Laboratorium yang dikelola oleh RSUP Prof Kandou Manado.
“Laboratorium kami bisa memeriksa dengan dua metode, selain dengan real time PCR, juga bisa memeriksa dengan metode tes cepat molekuler,” ujar Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Prof Kandou, dr. Hessyani Raranta, Sp.PK kepada Zonautara.com.
Rerata penambahan kasus baru positif di Sulut itu melampaui provinsi Banten dan Sumatera Utara (masing-masing rerata 15 dan 14 kasus baru per hari), dan hanya beda sedikit dengan provinsi Jawa Tengah yang punya rerata 18 kasus baru per hari.
62% hasil pemeriksaan lapangan
Juru Bicara Satga Covid-19 Sulut, Steaven Dandel dalam keteragannya, Rabu (3/6) menjelaskan bahwa pola penemuan kasus baru terkonfirmasi positif di Sulut, kini bergeser.
“Saat ini temuan kasus baru positif, 62 persen ditemukan lewat pemeriksaan aktif tim surveilans di lapangan, baik yang dilakukan oleh Dinkes kabupaten/kota, Dinkes provinsi maupun pihak rumah sakit,” ujar Dandel.
Menurut Dandel, kedepan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut akan mendorong proporsi pemeriksaan aktif di lapangan mencapai 80 persen.
Baca pula: 62% kasus positif corona di Sulut ditemukan lewat pemeriksaan aktif
“Harapannya, dengan keaktifan mencari kasus di lapangan, mampu menekan angka kematian kasus covid-19 di Sulut. Karena menemukan sedini mungkin kasus-kasus positif, maka kita akan mampu melakukan pencegahan karena sudah terdeteksi di awal, sehingga komplikasi bisa dicegah,” terang Dandel.
Penjelasan Dandel ini dapat memberi petunjuk, bahwa temuan kasus positif di Sulut masih akan terus terjadi di hari-hari mendatang. Apalagi ada kabar bahwa Universitas Sam Ratulangi sedang mempersiapkan satu laboratorium pemeriksa real time PCR, untuk membantu Pemprov Sulut dalam menemukan kasus-kasus positif.
Dandel dalam beberapa kesempatan, memang menyebutkan ada gap antara kecepatan pemeriksaan di lapangan dengan kemampuan dua laboratorium yang sudah beroperasi di Sulut saat ini.
“Masih banyak sampel dari swab test yang antri di laboratorium kita, sehingga apa yang diumumkan hari ini sebenarnya mencerminkan kondisi lima hingga tujuh hari sebelumnya,” ujar Dandel.
Editor: Ronny Adolof Buol