ZONAUTARA.com  – Selama pandemi korona menjelang, anda tentu sering mendengar kata resesi. Bagi yang terbiasa dengan dunia ekonomi sangat memahami istilah tersebut.
Resesi adalah keadaan ketika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi atau minus selama dua kuartal berturut-turut. Ciri-ciri dari resesi ekonomi ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, penjualan ritel menurun, indeks kepercayaan konsumen menurun, hingga manufaktur menurun berkepanjangan.
Dampak dari resesi ekonomi ini adalah investasi pada suatu industri anjlok, sehingga berdampak terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja. Dampak lebih lanjut adalah produksi barang dan jasa suatu negara akan merosot.
Ketika produksi industri semakin merosot dan mengakibatkan naiknya Non Performing Loan atau kredit macet perbankan, maka berpotensi terjadinya inflasi atau bahkan deflasi, neraca yang minus ini akan berdampak langsung pada cadangan devisa.
Akibat dari pandemi corona pada tahun 2020 ini, banyak negara yang mengalami resesi ekonomi. Dilansir dari akun instagram zapfinance, Singapura mengumumkan masuk resesi pada pertengahan Juli lalu, diikuti Korea Selatan, dan juga beberapa negara besar di Eropa.
Di awal Agustus, Amerika Serikat ikut mengumumkan resesi ekonomi di negaranya dengan pertumbuhan ekonomi hingga -32.9 persen pada kuartal II-2020.
Indonesia sendiri mengalami penurunan pada pertumbuhan PDB dari 2,97 persen menjadi -5,32 persen pada kuartal II-2020. Salah satu pemicu pelemahan ekonomi ini adalah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB yangmenyebabkan aktivitas ekonomi Indonesia tidak berjalan dengan baik.
Ketika suatu negara mengalami pelemahan ekonomi, dampaknya akan dirasakan langsung setiap rakyatnya. Untuk itu, kita perlu untuk mengatur ketahanan keuangan dari rumah masing-masing.
Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk bertahan selama masa resesi.
1. Menjaga sumber penghasilan.
2. Membuka peluang sumber penghasilan baru agar cashflow tetap terjaga.
3. Membangun dana darurat cash hingga 12 kali dari pengeluaran rutin.
4. Bijak saat berbelanja rutin dan mengupayakan tidak ambil kredit secara sporadis.
5. Mendorong pertumbuhan Unit Mikro Kecil dan Menengah dengan memilih belanja produk lokal.
Sekian dulu yah penjelasan dari artikel kali ini.