ZONAUTARA.com – Pola pikir kita bisa terbentuk dari apa yang kita lihat sehari-hari, apa yang sedang terjadi di dunia, apa yang diajarkan pada kita, bagaimana lingkungan memperlakukan kita, dan juga berbagai pengalaman yang sudah kita lalui.
Pola pikir itu bekerja secara otomatis. Kita mungkin tidak sadar karena dengan sendirinya pikiran kita terprogram untuk memikirkan hal-hal itu.
Padahal beberapa pola pikir itu tidak produktif dan melelahkan. Lama-lama malah bisa merugikan kita sendiri.
Untuk itu ada baiknya kita sudah bisa mengenali pola-pola pikir yang tidak sehat sehingga ketika pikiran-pikiran seperti itu mulai mengganggu kita bisa menyadarinya dan tidak terlarut-larut. Berikut pola-pola pikir yang sebaiknya kamu hindari.
1. All or nothing thinking
Dalam melihat sesuatu, biasanya kamu memiliki pandangan yang terlalu ekstrim. Setiap hal menjadi terlalu baik atau terlalu buruk dalam pandanganmu.
Kalau kamu berada pada posisi yang mendukung kamu akan sangat mendukung. Begitupun posisi menolak, kamu akan menolak dengan keras.
Tidak ada jalan tengah. Contoh paling sederhana ketika satu kejadian buruk menimpamu, kamu langsung saja menyimpulkan dan merasa hari itu adalah hari sialmu.
Pola pikir seperti ini membuat kita sulit berkompromi dan kadang sangat tidak objektif. Padahal perlu diingat bahwa selain hitam/putih ada gradasi abu-abu.
2. Filtering
Kecenderungan untuk pilih-pilih fakta. Misal kita sudah memiliki pandangan tertentu, maka kita hanya akan menerima bukti-bukti yang sejalan dengan keyakinan kita.
Hal yang lain yang berlawanan akan kita anggap hal yang tidak valid/benar. Misalnya, cantik/ ganteng adalah baik, jelek adalah galak/ jahat, pasangan lembur 1 hari saja serta merta dicurigai. Padahal 6 hari lainnya dia selalu on time, dan sebagainya.
Kurang berpikir panjang. Atau tidak memandang sesuatu dari berbagai sudut. Padahal, dalam melihat sesuatu akan lebih bijak jika kita lihat sisi lainnya juga.
Kumpulkan dulu fakta, baru buat kesimpulan. Jangan malah sebaliknya. Simpulkan baru setelah itu mengumpulkan fakta.
3. Mind reading
Membaca orang itu tidak salah. Yang salah jika kita berpegangan pada pola mind reading ini sebagai fakta konkrit. “Dia gugup nih, berarti benar”, “tato-an, pasti preman atau mafia” dan sebagainya.
Padahal asumsi kita belum tentu benar. Mungkin saja dia malah gugup karena kamu terlalu menyudutkan.
Mungkin saja dia tato-an karena pengen keren. Intinya, jangan sembarangan membuat asumsi tanpa bukti.
4. Disqualifying the positive
“Wahhh, bagus banget. Congrats, ya!”
“Ah, nggak sebagus itu deh!”
Biasanya ini adalah pola pikir orang yang perfeksionis. Meski sudah mencapai sesuatu yang sangat baik, setidaknya di mata banyak orang tapi sendirinya masih menganggap masih ada yang kurang.
Atau malah kepikiran terus hanya karena masalah sepele. Its okay to celebrate & happy. Sekecil apapun pencapaianmu, kamu boleh bangga dan bersyukur. Itu akan lebih meringankan pikiranmu.
5. Fortune telling
Menebak-nebak masa depan dan menganggap tebakan kita sebagai hal yang pasti. Padahal segala kemungkinan bisa terjadi.
Pikiran seperti ini bisa membuat kita malah melewatkan kesempatan yang mungkin bisa kita dapatkan. Misalnya menolak pekerjaan atau tawaran lain hanya karena takut tidak mampu atau merasa belum siap.
6. Emotional reasoning
Menganggap setiap perasaan negatif yang kita rasakan adalah pertanda buruk. Menilai sesuatu hanya berdasarkan perasaan.
Meski mendengar kata hati itu baik, namun perlu diingat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perasaan kita. Contoh paling sederhana adalah perasaan kacau balau para wanita saat PMS.
Bukan berarti ada masalah atau akan terjadi masalah kan. Jangan lupa tetap gunakan logika di samping perasaan ya.
7. Always being right
Merasa yang paling benar dan tidak pernah salah. Padahal kita ini masih manusia loh dan tidak luput dari kesalahan. Meski sudah berhati-hati, banyak riset, banyak pertimbangan, itu tidak bisa menjamin benar 100 persen.
Kita tetap bisa saja salah. Merasa selalu benar membuat kita sulit menerima opini berbeda dan membuat kita cenderung menyalahkan orang lain
8. Personalization
Dikit-dikit tersinggung. Semua perkataan orang di masukkan ke hati. Opini orang jadi fakta.
Atau terlalu sering menyalahkan diri. Kamu merasa bertanggung jawab atas segalanya. Termasuk pada hal-hal yang berada di luar kendalimu. Sering berkorban pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
Waktunya kamu mulai belajar untuk sesekali mendengarkan diri sendiri ya. Make your self a priority. Ini bukan egois, kok.
Setelah kita paham dan bisa menyadari pola pikir yang tidak sehat, kita bisa belajar menghentikan pikiran itu dan mengarahkan ulang menjadi pandangan yang lebih objektif. Lama-lama pola pikir kita akan otomatis jadi lebih sehat dan mulai berubah.