Tuberculosis (TB atau TBC) merupakan infeksi bakterial yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dinamakan Mycobacterium Tuberculosis (MTB) dan dapat ditularkan melalui droplet.
Jenis TB yang diderita oleh pasien seringkali merupakan infeksi TB laten, di mana terdapat bakteri TB yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis
Dalam beberapa kasus, masa inkubasi akan lebih singkat pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pada tahap di mana penyakit ini sudah berkembang, TB akan lebih mudah menular. Orang akan rentan terhadap risiko TB bila orang yang melakukan kontak dengan pasien TB, orang yang merawat TB misalnya dokter atau perawat, orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TB dan pengguna alkohol atau obat terlarang.
Penyebab tuberculosis
Setelah memasuki tubuh, virus masih belum aktif melainkan akan “tidur” selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Karena virus tidak aktif, maka tidak akan ada gejala dan tidak pula menular.
Jika pasien mengikuti tes virus MTB, hasilnya akan positf meskipun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Risiko TB dapat dikurangi secara signifikan jika terdekteksi dini dalam periode inkubasi.
Faktor-faktor risiko
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko TB. Faktor paling besar adalah apabila system kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat HIV/AIDS, diabetes, penyakit ginjal stadium akhir, kanker, dan malnutrisi.
Tanda-tanda dan gejala
Saat masa inkubasi bakteri TBC, penderita biasanya tidak menunjukan gejala apapun dan penyakit belum menular. Ketika tuberculosis sudah berkembang gejala-gejala pun mulai terlihat seperti batuk, dahak atau batuk berdarah, sesak napas, damam, berkeringat di malam hari tetapi tidak ada aktivitas, penurunan berat berat badan, kehilangan nafsu makan, lelah dan lemah.
Penatalaksanaan
Penata laksanaan terbagi menjadi 2, yaitu Farmakologi yaitu penggunaan obat yang dikonsumsi oleh pasien yang terkena penyakit TBC; jenis-jenis obat TBC, yaitu isoniazid (obat paling ampuh membunuh bakteri), rifampicin, dan etambutol. Obat dikonsumsi secara rutin dan sesuai dengan nutrisi dokter atau pasien tidak boleh bolong dalam mengonsumsi obat jika bolong maka pasien akan mengkonsumsi obat dari awal lagi.
Non-farmakologi yaitu pengobatan dalam bentuk pasien menjaga daya tahan tubuh, olahraga dengan baik, lancar dalam pemasukan nutrisi, dan menjaga pola hidup.
Komplikasi
- Kerusakan otak
- Gangguan mata
- Kerusakan hati
- Kerusakan ginjal
- Kerusakan jantung
- Pleuritis tuberkulosa
- Efusi pleuraTuberculosa milier
Pencegahan
Pencegahan primer. Pencegahan yang lebih diutamakan adalah ketika batuk itu harus menggunakan etika batuk. Untuk itu, kita harus mengetahui etikanya, yaitu tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan baju anda.
Bila batuk atau bersin, buang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah, cuci tangan, dan gunakan masker, serta ventilasi ruangan dibuka.
Kuman TB akan mati dengan cahaya matahari maka dari itu ventilasi ruangan tidak boleh dalam keadaan tertutup. Tinggal di rumah, jangan keluar rumah selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif.
Tutup mulut dan hidung menggunakan masker. hindari udara dingin. Makanan tinggi protein dan karbodirat. Meludah hendaknya menggunakan tisu dan setelah meludah hendaknya tisu dibuang di tempat sampah agar tidak menyebar.
Pencegahan sekunder. Pada tahap ini pencegahan sekunder dilakukan dengan pengobatan tepat. Obat dikonsumsi secara rutin dan sesuai dengan instruksi dokter atau pasien tidak boleh bolong dalam mengonsumsi obat jika bolong maka pasien akan mengkonsumsi obat dari awal lagi.
Pencegahan tersier. Rekomendasikan rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang lebih intesif.
Referensi:
1. Kamus ufostudio tuberkulosis (http://play.google.com/store/aps/details?id=com.ufodisases.)
2. Septarini,ni wayan. 2011. Metode pengendalian penyakit menular. Bali: simdos.unund.ac.id
Penulis: Novita Intan Samba
- Penulis adalah mahasiswa S1 di Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.