ZONAUTARA.com – Tim Program Pemberdayaan Masyarakat Unggulan Perguruan Tinggi (PPMUPT) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) kembali dipercaya oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melanjutkan program kegiatan tahun ke-2.
Program PPMUPT tahun ke-2 ini yang dilaksanakan di Pulau Nain, Kabupaten Minahasa Utara, bertujuan untuk menerapkan budi daya ikan nila di perairan tersebut sebagai alternatif lain dari budi daya rumput laut.
Rumput laut di Pulau Nain sudah dibudidayakan sejak awal 1980-an, di mana 5 tahun terakhir ini mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. Untuk itu, Tim PPMUPT Unsrat memberikan alternatif kepada pembudidaya rumput laut untuk membudidayakan ikan nila.
Ikan nila yang selama ini dikenal sebagai ikan air tawar, lewat hasil penelitian dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unsrat sudah dapat dibudidayakan bersama rumput laut di perairan laut.
Dr. Edwin Ngangi, akademisi di FPIK Unsrat, sebagai Ketua Tim PPMUPT Unsrat menjelaskan bahwa inovasi polikultur rumput laut dan ikan nila ini produksinya dapat menstabilkan nilai jual rumput laut sekaligus dapat memproduksi ikan sebagai sumber protein hewani.
“Inovasinya berupa ko-kultivasi atau budi daya bersama-sama antara rumput laut dan ikan nila. Ikan nila dibudidayakan di karamba, rumput laut dibudidayakan di sekitar karamba. Teknik ini tidak saja meningkatkan produksi tetapi sekaligus meminimalisir serangan penyakit rumput laut, juga menjaga kualitas perairan,” jelas Edwin, Selasa (20/10/2020).
Sejak Agustus 2020 inovasi ini telah didesiminasikan kepada kelompok mitra Puteri Nain dan Mekar Laut di Pulau Nain, Minahasa Utara. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pengabdian pada masyarakat (P2M) yang dibiayai dari hibah Direktorat Riset dan Pengabdian pada Masyarakat (DRPM) Kemeristek-BRIN.
Tim PPMUPT ini terdiri dari tiga dosen, selain Ngangi ada pula Prof. Grevo Gerung, dan Dr. Reni Kreckhoff, serta melibatkan mahasiswa S1, S2, dan S3.
“Ikan nila yang dibudidayakan di laut memiliki keunggulan tekstur daging dan rasa yang lebih gurih,” kata Reni.
Sementara Grevo menambahkan bahwa kegiatan PPMUPT ini akan berlangsung tahun 2019 sampai 2021. Setiap tahun kegiatannya mulai dari penyuluhan, praktek, pendampingan, pemantauan sampai pada tahap evaluasi.
Selanjutnya ke depan, teknik ko-kultivasi ini dapat dikembangkan dengan sistem Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA), yaitu dapat ditambahkan biota budi daya lain seperti tiram mutiara dan karang hias.
“Kami sangat berterima kasih kepada DRPM DIKTI yang telah membiayai kegiatan PPMUPT ini,” ujar Gerung.
Isal Lato, seorang pembudidaya rumput laut di Pulau Nain sebagai mitra program ini menceritakan bahwa mereka bersedia untuk memulai usaha ini.
“Adanya kegiatan pengabdian ini, kami baru tahu kalau ikan nila dapat dibudidayakan di laut, kelompok kami akan berusaha mengembangkannya, apalagi kami sudah dihibahkan satu unit karamba untuk dikelola,” ujar Lato, yang juga merupakan Ketua Kelompok Puteri Nain.
Benih ikan nila yang akan digunakan adalah hasil aklimatisasi penyesuaian kadar garam yang dilakukan di kolam praktek FPIK Unsrat, sedangkan bibit rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii berasal dari pembudidaya di Pulau Nain.