TBC paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang sudah menyerang sepertiga dari penduduk dunia dan hingga saat ini masih sering menjadi masalah kesehatan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang dapat menyebar secara cepat dan meluas.
Penyakit ini dapat menyebar ke organ tubuh lain seperti lapisan otak, ginjal, tulang, serta nodus limfe. Namun yang paling sering terjadi yaitu menyerang paru-paru.
Mycobacterium tuberculosa ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama biasanya selama 6 bulan penuh untuk proses pengobatannya.
Penyakit TB paru menyerang hampir semua golongan usia khususnya ditemukan pada usia produktif (15-59 tahun) dan usia ≥ 60 tahun. Orang dengan usia produktif 5-6 kali lebih beresiko karena pada usia produktif ini orang cenderung memiliki aktivitas yang padat sehingga memiliki kemungkinan besar terpapar bakteri ini.
Pada usia ≥ 60 tahun tergolong usia lansia pada usia ini daya tahan tubuh cenderung semakin menurun sehingga bakteri tuberculosis ini dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko 3 kali lebih tinggi dari pada perempuan dikarenakan perilaku merokok dan kuranganya kepatuhan minum obat.
Pasien TB BTA positif (dari hasil pemeriksaan mikroskopis ditemukan bakteri tahan asam pada sampel dahak orang yang di duga menderita TB paru) merupakan sumber penularan utama dari penyakit TB itu sendiri. Semakin banyak jumlah BTA (Basil Tahan Asam) yang ditemukan (+1/+2/+3), maka semakin besar kemungkinan untuk individu tersebut menularkan bakteri tuberculosis ini kepada orang lain.
Pada saat batuk atau bersin bahkan berbicara penderita TB paru dapat menyebarkan bakteri tuberculosis ini ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk atau bersin penderita dapat menghasilkan 3000 percikan droplet.
Biasanya penularan dapat terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak terjadi dalam waktu yang lama apalagi di ruangan yang lembab tidak ada sinar matahari yang masuk serta ventilasi udara yang buruk. Seseorang dapat mudah tertular juga melalui kedekatan kontak dengan si penular, konsentrasi atau jumlah kuman yang terhirup, tingkat daya tahan tubuh serta faktor lingkungan terkait konsentrasi kuman di udara.
Sehingga anggota keluarga dari penderita TB BTA positif yang tinggal serumah memiliki potensi paling rentan tertular penyakit TB paru.
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit TB paru ini adalah kebiasaan hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebutuhan gizi yang tidak tercukupi (gizi buruk), kondisi rumah atau tempat tinggal yang tidak sehat dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
Seseorang yang terserang bakteri TB paru ini biasanya akan mengalami beberapa gejala seperti:
1. Batuk lebih dari 2 minggu dan dahak bercampurr darah/batuk darah.
2. Sesak napas atau terasa nyeri pada dada.
3. Sering berkeringat pada malam hari.
4. Mengalami penurunan nafsu makan secara drastis.
5. Sering demam tinggi dan badan sering lemas.
Oleh karena itu cara pencegahan agar tidak tertular adalah :
1. Selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar/ menerapkan PHBS.
2. Menghindari kontak dengan penderita TB paru aktif.
3. Memperbaiki pola hidup dan pola makan yang sehat dan baik dengan
mengonsumsi makanan yang bergizi serta rajin berolahraga.
4. Melakukan vaksin BCG untuk pencegahan kasus yang lebih berat biasanya dilakukan pada saat masih balita.
Jika dikeluarga sudah ada yang menderita TB paru maka, keluarga pasien TB paru merupakan orang yang sangat beresiko tertular kuman TB paru.
Sehingga perlu melakukan pencegahan seperti menutup mulut dan hidung saat penderita batuk atau bersin begitupun sebaliknya penderita harus menutup mulut dan hidung saat batuk/bersin, menggunakan masker, menyediakan wadah khusus untuk meludah bagi penderita TB paru, membuka jendela rumah setiap hari agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah, pengadaan ventilasi rumah, tidak tidur sekamar atau menggunakan peralatan makan dll dengan penderita TB paru.
Dalam penanganan penyakit seperti TB paru ini keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan, di mana anggota keluarga dapat memberikan informasi mengenai penyakit, memberi dukungan moril, mencegah penularan penyakit tersebut.
Referensi
1. Pangestika, R., Fadli, R.K.. & Alnur, R.D. (2019). Edukasi Pencegahan Penularan Penyakit TB Melalui Kontak Serumah. Jurnal Solma, 8(2), 229-238. Doi : http://dx.doi.org/10.29405/solma.v8i2.3258
2. Wulandari, A.A., Nurjazuli, M., & Adi, S. (2015). Faktor Risiko dan Potensi Penularan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 14(1)
3. Agustina, S., Wahjuni, C.U. (2017). Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosa Paru Pada keluarga Kontak Serumah. Jurnal Berkala Epidemiologi. 5(1), 85-94. Doi : 10.20473/jbe.v5il.2017.85-94
4. Mujahidin, D. (2015). Gambaran Praktik Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Jurnal Keperawatan. 8(2), 87-100
5. Andayani, S., Astuti, Y. (2017). Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Berdasarkan Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020. Indonesian Journal for Health Sciences. 1(2), 29-33
6. Setiawan, G., Juniarti, N., & Yani, D.I. (2019). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian TB Paru Pada Remaja : Kajian Literatur Sistematis. Jurnal Keperawatan Komprehensif. 5(1)
Penulis: Heidy Sumarto
- Penulis adalah mahasiswa semester 3 Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado