Pengertian TB Paru
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit paru yang penyebabnya barasal dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sangat menyukai tempat yang sejuk, lembab, dan gelap. Penyakit ini tidak hanya menginfeksi paru, tetapi dapat masuk lewat pembuluh darah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti, sendi, tulang, kelenjar getah bening, selaput otak, saluran pencernaan, dan lain-lain.
Penularan TB Paru
Tuberkulosis paru dapat ditularkan melalui aerosol akibat percikan batuk atau bersin (droplet nuclei) yang masuk ke saluran pernafasan. Selain saluran pernafasan, kuman tuberkulosis juga dapat masuk lewat saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Bagi sebagian orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat maka kuman TB yang ada di dalam tubuh tidak aktif atau dalam keadaan tidur (dormant). Hal ini disebut dengan infeksi laten sehingga saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan gejala apapun.
Namun, jika penderitan ini mengalami penurunan daya tahan tubuh maka tidak menutup kemungkinan kuman TB di dalam tubuh menjadi aktif.
Bagaimana dokter mendiagnosa penyakit TB
Secara umum untuk menegakkan diagnosa penyakit TB dapat dipengaruhi dengan usia karena pada orang dewasa dan anak-anak tidak sama (berbeda). Pada anak- anak dokter biasanya menggunakan metode sistem skongking TB anak (pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai). Kriterianya antara lain :
1. Ada atau tidak riwayat kontak dengan penderita TB
2. Uji tuberculin
3. Terjadi penurunan berat badan
4. Mengalami demam tanpa sebab
5. Batuk kronik
6. Terjadi pembengkakan/pembesaran kelenjar limfa di area leher, lipatan paha atau sekitar ketiak
7. Terjadi pembengkakan pada tulang/sendi panggul, jari, dan lutut
8. Foto toraks
Pada orang dewasa pemeriksaan Tuberkulosis (TB) dapat dilakukan dengan melakukan tes dahak/sputum, pemeriksaan darah, dan foto toraks. Tes dahak dilakukan dua kali dengan metode Sewaktu-Pagi atau Pagi-Sewaktu. Jika salah satu tes hasilnya positif maka dapat dinyatakan adanya infeksi tuberkulosis.
Selain itu, terdapat pemeriksaan penunjang seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), histopatologi jaringan, pengambilan cairan pleura dan pemeriksaan lainnya.
Gejala Penyakit Tuberkulosis
Secara umum gejala penyakit tuberkulosis (TB) paru yaitu :
1. Batuk
2. Demam
3. Badan terasa lemah dan lesuh
4. Terjadi penurunan berat badan
5. Keringat malam
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan Tuberkulosis kasus baru diperkirakan memakan waktu sekitar enam bulan. Jika kasus berulang akibat pemakaian obat dihentikan (putus obat) atau ada faktor penyulit lainnya maka dapat memakan waktu lebih lama. Pada pengobatan untuk kasus baru terdapat dua fase pengobatan yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Pada fase intensif biasanya membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Obat yang dikonsumsi juga lebih banyak. Di akhir fase akan dilakukan evaluasi untuk melihat bagaimana perkembangan pengobatan dengan dilakukan tes sputum, dan foto toraks. Setelah dilakukan tes maka dilihat apakah pengobatan akan dilanjutkan ke fase lanjutan atau tetap meneruskan fase intensif (ditambah satu bulan).
Bentuk obat tuberkulosis dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kombinasi Dosis Tetap (KDT), di mana obat yang diberikan dikombinasikan agar penderita tidak mengonsumsi obat terlalu banyak.
2. Kombipak, di mana obat-obat antituberkulosis disediakan secara terpisah.
Obat-obat Anti-Tuberkulosis
Beberapa contoh obat anti-tuberkulosis di antaranya:
- Rifampicin
- Etambutol
- Isoniazid
- Pirazinamid
- Streptomisin (injeksi)
Jika obat-obat di atas sudah menjadi kebal (resisten), maka pengobatan akan dilakukan kembali dari awal dengan regimen lini kedua. Contohnya yaitu capreomycin, ethionamid, amikacin, kanamycin (golongan aminoglikosida), ofloxacin (golongan fluoroquionolon), prothionamid (golongan thionamide), levofloxacin, ciprofloxacin, cycloserine, dsb. Penderita dianjurkan berkonsultasi kembali ke dokter jika terjadi efek samping.
Pencegahan Tuberkulosis
• Pencegahan Primer
a. Promosi Kesehatan
Penyuluhan dengan didalamnya melibatkan pasien dan masyarakat dalam melakukan kampaye advokasi, penyuluhan rencana pengendalian infeksi, penyuluhan etika batuk dan batuk higenis, koleksi daahak aman, penyuluhan pasien TB triase dilakukan untuk saluran pemisahan atau cepat, penyuluhan mendiagnosis TB yang cepat serta pengobatan, selain itu meningkatkan ventilasi udarah kamar, melindungi para pekerja perawat kesehatan, pengembangan kapasitas dan memonitor praktek pengendalian infeksi.
b. Proteksi Spesifik
Vaksinasi BCG (Bacilus Calmette Guerin) secara signifikan dapat mengurangi resiko TB, penggunaan alat-alat pelindung (APD) di tempat kerja beresiko terkena TB, terapi antiretroviral (ART) untuk orang-orang dengan HIV dan terapi pencegahan isoniazid (IPT).
• Pencegahan Sekunder
a. Deteksi Dini
Skrining atau disebut dengan penemuan kasus baru yang benar-benar positif TB dengan melakukan pemeriksaan dahak. Dilakukan diagnosis TB paru dengan memeriksa semua suspek TB yaitu diperiksa 3spesimen dahak dalam 2 hari, melakukan diagnosis TB ekstra paru dengan gejala dan keluhan tergantung dari organ yang terkena, contohnya nyeri dada pada pleura, kaku kuduk pada meningitis TB, serta pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB. Diagnosa TB pada orang dengan HIV AIDS (ODHA) :
1. TB paru BTA positif
Minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif
2. TB paru BTA negatif
Merupakan hasil pemeriksaan dahak negatif, gambaran klinis dan radiologi mendukung TB atau BTA negatif dengan hasil kultur TB positif
3. TB ekstra paru pada ODHA
Pemeriksaan ini ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis, san histopatologi yan diambil dari jaringan tubuh yang terkena
b. Pengobatan Tepat
Pengobatan harus tepat. Pengobatan pada penyakit TB adalah mengonsumsi obat kombinasi pada orang dengan TB aktif , dengan dosis pada anak-anak dan remaja dengan TB aktif yang tepat, jadwal dosis pada orang dewasa dengan TB paru aktif dengan benar, lama pengobatan pada anak-anak dan remaja dengan TB paru aktif dengan benar, dan lama pengobatan pada penderita TB paru aktif dengan dengan benar.
• Pencegahan Tersier
a. Pencegahan Ketidakmampuan. Penggunaan operasi tambahan pada orang dengan penderita TB aktif, penggunaan kartikosteriod tambahan pada pengobatan TB aktif, dan pengobatan penyakit penyerta atau kondisi co-ada pada pengobatan TB aktif.
b. Rehabilitasi. Pada pasien paru BTA positif dengan dilakukan pengobatan kembali yaitu kategori ke-2. Jika masih positif TB, maka hentikan pengobatan dan lakukan rujuk ke layanan TB-MDR.
DAFTAR PUSTAKA
H, Handayani. 2019. Metode Deteksi Tuberkulosis. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Sembiring, Samuel Pola Karta. 2019. Indonesia Bebas Tuberkulosis. Jawa Barat: CV Jejak, anggota IKAPI.
Septarini, Ni Wayan. 2017. Modul Metode Pengendalian Penyakit Menular. Bali: Universitas Udaya.Vol i-53
Tim Program TB St Carolus. 2017. Tuberkulosis Bisa Disembuhkan!. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Penulis: Feiby Najoan
Penulis adalah mahasiswa semester 3 Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado