KOTAMOBAGU, ZONAUTARA.com – Banyak pelaku usaha merugi saat pandemi Covid-19 mulai melanda. Bahkan sampai sekarang.
Tetapi tidak bagi sejumlah penjual Saraba di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Minuman tradisional yang kaya bahan rempah ini malah makin laris sejak awal pandemi.
Minuman Saraba bisa menghangatkan tubuh dan sejak dulu minuman ini diyakini sangat menyehatkan tubuh. Bahan utama membuat minuman ini adalah jahe merah.
Selfi Polontalo, penjual Saraba di kompleks Masjid Agung Baitul Makmur Kotamobagu mengatakan, per hari rata-rata 300 gelas Saraba jualannya habis. Sebelum pandemi, terjual rata-rata hanya 100-150 gelas.
“Ada kenaikan dua kali lipat. Kami jualan mulai jam 5 sore. Sebelum ada virus corona, biasanya kami harus jualan sampai jam 3 dini hari. Sekarang paling telat itu jam setengah satu (00.30 Wita) habis. Bahkan awal-awal jam 9 atau 10 malam sudah habis,” ungkap Selfi, Senin (2/11/2020) malam.
Harga Saraba bervariasi. Satu gelas besar ditambah madu dan telur ayam kampung Rp17 ribu, satu gelas besar ditambah telur burung puyuh Rp15 ribu, dan Saraba biasa tanpa tambahan telur Rp7 ribu per gelas besar.
Dia mengakui bahwa naiknya penjualan Saraba tak lepas dari beredarnya informasi bahwa Covid-19 bisa dicegah dengan rajin mengkonsumsi minuman hangat yang terbuat dari jahe.
Titon, penjual saraba di Kelurahan Matali juga mengaku Saraba yang dia jual laku keras selama pandemi.
“Rata-rata laku 200 gelas semalam. Ada perbedaan penjualan sebelum Covid-19 melanda,” ucapnya.
Melonjaknya penjualan dan makin diminatinya Saraba oleh warga Kotamobagu, rupanya disertai pula dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dari pelaku usahanya.
Selfi dan Titon sama-sama mengakui bahwa penerapan 3 M (Menggunakan masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) juga menjadi alasan warga datang membeli Saraba di tempat mereka.
Penulis: Rensa Bambuena/ kroniktotabuan.com
Selfi Polontalo sedang menyiapkan saraba untuk pelanggannya.(Imahe: kroniktotabuan.com/Rensa Bambuena