TAHUNA, ZONAUTARA.com – Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, dunia pendidikan punya tantangan dan tanggung jawab untuk tetap melanjutkan proses belajar mengajar sementara di sisi lain harus menerapkan social distancing. Lalu bagaimana pola pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) di sekolah-sekolah yang berada di wilayah kepulauan?
SMK Negeri 2 Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, misalnya, menerapkan 75 persen belajar daring dan sisanya 25 persen belajar luring. Menurut Kepala SMK Negeri 2 Tahuna, Mangesihi Junior Karaeng, pihaknya melaksanakan pembelajaran luring dengan cara setiap dua minggu sekali turun ke rumah siswa dengan membawa tugas yang akan dikerjakan siswa.
“Dua minggu kemudian akan diambil kembali tugasnya,” ungkap Mangesihi, Senin (02/11/2020).
Kata Mangesihi, penerapan protokol kesehatan baik 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak wajib diterapkan saat pembelajaran daring dan luring dan ini semua guna memutus penyebaran Covid-19.
“Kami di sini ada 356 siswa yang tersebar pada 6 program keahlian, yakni Kuliner, Kecantikan, Busana, Perhotelan, Keperawatan, dan Farmasi,” jelas Kepsek.
Dijelaskannya, kendala di wilayah kepulauan saat ini adalah jaringannya sering bermasalah dan ada juga beberapa desa yang tidak terjangkau internet. Siswa yang seharusnya ikut belajar daring pindah belajar luring.
“Pembelajaran luring dari para guru diterapkan dengan melakukan kunjungan dimulai pukul 08.00 pagi hingga berakhir pukul 21.00 malam karena lokasi rumah siswa berjauhan dan harus melewati pegunungan,” ungkapnya.
Menurut Mangesihi, dalam pembelajaran luring ini para siswa tidak dikumpul, tetapi para guru mengunjungi langsung ke rumah siswa dengan mengerahkan 26 orang guru ASN, 10 orang guru THL, dan 7 orang guru honor.
Sementara menurut, Non Manangkalagi guru PKN di SMK Negeri 2 Tahuna, pembelajaran luring paling jauh siswa tinggal di Desa Malemenggu Kecamatan Tabukan Selatan.
“Sekitar 5 orang guru satu kali turun ke lokasi siswa dengan memakai mobil karena daerahnya yang jauh,” kata Non Manangkalagi.
Dijelaskan Non Manangkalagi, guru membawa tugas pada siswa lalu para siswa membuat tugas itu dan dua minggu kemudian tugas diambil lagi.
“Kendala saat daring adalah jaringan yang kurang baik di rumah siswa. Ada siswa yang harus mencari jaringan internet dengan menaiki atap rumah. Ada yang bahkan harus naik di pohon,” jelas Non.
Penulis: Julkifli Madina/kabarmanado.com