ZONAUTARA.com – Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok tak mau banyak berkomentar menanggapi laba yang dibukukan oleh PT Pertamina (Persero) sepanjang 2020.
“Benar (laba). Soal kinerja bisa tanya ke KBUMN (Kementerian BUMN) selaku pemegang RUPS,” katanya dikutip dari detikcom, Jumat (5/2/2021).
Pertamina mencatat laba sebesar US$ 1 milir atau setar dengan Rp 14 triliun (untuk kurs Rp 14.000/US$) di tahun 2020.
Laba ini merupakan angka fantastis mengingat banyaknya perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang babak belur karena dampak dari pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut ada tiga pukulan sekaligus di tahun 2020 atau saat pandemi. Pukulan pertama karena adanya penurunan permintaan.
“Di saat PSBB di awal-awal masa pandemi itu penurunannya lebih dari 50% di kota-kota besar dan secara nasional sepanjang tahun 2020 adalah penurunan 25%,” katanya dalam Energy Corner CNBC Indonesia, Kamis (4/2/2021).
Pukulan kedua berupa harga minyak mentah dunia yang turun tajam. Lalu, pukulan ketiga berupa fluktuasi nilai tukar.
“Ketiga hal itu sangat pengaruh ke sektor energi,” tambahnya.
Bagaimana cara Pertamina Cetak Untung? Nicke bilang, rantai pasok Pertamina sebagian masih dipenuhi dari impor. Harga minyak yang turun tajam menjadi kesempatan bagi Pertamina untuk memperbanyak pasokan energi.
“Di April Mei kita beli dengan jumlah besar disimpan storage-storage, baik itu storage landed maupun floating storage di laut,” ujarnya.
Kondisi itu berdampak pada penurunan biaya pokok produksi.
“Ini yang memberikan dampak di semester II terjadi penurunan dari HPP atau biaya pokok produksi, dan tentu kita melihat inilah yang membuat di sepanjang tahun 2020 walaupun terjadi penurunan ketiga hal tadi, Pertamina masih bisa berhasil mencetak laba,” ujarnya.