ZONAUTARA.com – Rusaknya fasilitas Bandar Udara Siau di Kabupaten Sitaro Tagulandang Biaro (Sitaro) pada bulan lalu, mendapat sorotan dari masyarakat Sitaro.
Tak kurang dari Wakil Ketua DPRD Sitaro, Bob Nover Janis melontarkan kritikannya lewat akun Facebook miliknya. Menurut Bob, kejadian ini merupakan bukti kurangnya pengawasan.
Bob juga menulis di group Facebook Suara Masyarakat Sitaro, bahwa pihak DPRD Sitaro bersama Wakil Bupati Sitaro sebelumnya telah menghadap Dirjen Perhubungan agar Bandar Udata Siau segera dioperasikan.
“Apalah daya sekarang atap ruang tunggu hancur, berarti plafon, instalasi listrik, alat-alat dalam gedung rusak semua,” tulis Bob.
Sementara itu Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Naha Tahuna, Dwi Arianto yang menjadi penanggung jawab Bandar Udara Siau saat dihubungi Zonautara.com memberikan penjelasan terkait kejadian tersebut.
Menurut Dwi, atap gedung terminal roboh pada dini hari tanggal 15 Februari 2021 sekitar pukul 01.00 WITA. Sebelumnya BMKG Sam Ratulangi telah mengeluarkan peringatan dini cuaca buruk di wilayah Sulut pada 14-15 Februari.
“Fasilitas yang mengalami kerusakan antara lain atap dan rangka gedung terminal, plafon atap gedung terminal,” kata Dwi kepada Zonautara.com, Selasa (16/3/2021).
Sebagai pihak yang bertangggungjawab terhadap pengelola Bandar Udara Siau, Dwi menjelaskan bahwa pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tanggal 15 Februari.
“Dan UPBU Naha Tahuna saat ini sedang menunggu audit investigasi yang akan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan bersama Direktorat Bandar Udara,” jelas Dwi.
Dari laporan Analisis Cuaca Ekstrim di Kab. Kepl. Sitaro yang dibuat oleh BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado yang dibaca Zonautara.com, disebutkan bahwa pada tanggal itu terjadi hujan sedang-lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro.
“Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang pada (15/2/2021) dini hari menyebabkan kerusakan infrastruktur di Bandara Siau,” tulis laporan BMKG.
Laporan itu menyimpulkan bahwa, kejadian cuaca ekstrem yang menyebabkan kerusakan infrastruktur di Bandar Udara Siau secara umum disebabkan oleh terdapatnya pusat tekanan rendah di wilayah Samudera Pasifik bagian Barat yang menyebabkan adanya pertemuan massa udara (convergence), ditandai dengan penurunan kecepatan angin yang cukup signifikan menghasilkan pembentukan awan-awan hujan yang aktif hampir di seluruh wilayah Kabupaten Siau dan sekitarnya.
Kejadian hujan badai tersebut juga dapat dilihat dari kelembaban udara yang relatif sangat lembab dan citra radar yang menunjukkan terbentuknya awan-awan konvektif penyebab hujan intensitas sedang – lebat dan angin kencang sehingga menjadi penyebab Bandar Udara Siau mengalami kerusakan infrastruktur.
Bandar Udara Siau yang mempunyai panjang landasan pacu 1.325 meter itu sebelumnya direncanakan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November tahun lalu.
Namun peresmian bandara yang bisa menampung 17 ribu penumpang per tahun itu batal dilaksanakan ditengah semua persiapan yang sudah dilakukan. Terkait pembatalan peresmian itu, Dwi menjelaskan bahwa alasan penundaan peresmian disebabkan jadwal Presiden.
“Peresmian yang diusulkan oleh Kementerian Perhubungan adalah peresmian 7 bandara di Indonesia, termasuk Bandar Udara Siau,” kata Dwi.
Sejak tahun 2014 hingga 2019, pembangunan Bandar Udara Siau telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 440 miliar. Pada Oktober 2020, sebuah penerbangan pesawat kalibrasi dari Kementerian Perhubungan RI berhasil landing di landasan pacunya. Hingga kini belum ada penerbangan komersil yang melayani rute ke Siau.
Masyarakat Sitaro mendesak pengusutan secara tuntas kerusakan sejumlah fasilitas bandar udara yang telah lama dinantikan oleh masyarakat Sitaro itu.