ZONAUTARA.com – Emosi memiliki peran yang kuat dalam pilihan perilaku dan kesehatan kita. Kebanyakan perokok sudah memahami bahaya rokok bagi kesehatan. Namun, hal itu tak serta-merta membuat mereka berhenti merokok begitu saja. Ternyata, terdapat hubungan erat antara kesulitan dalam berhenti merokok dengan kondisi emosi anda.
Dalam penelitian sebelumnya, berbagai emosi positif dikaitkan dengan tingkat radang yang lebih rendah dan kinerja yang tinggi pada olahragawan. Emosi negatif juga dapat berdampak serius pada perilaku menyakiti diri sendiri.
Penelitian dengan judul Sadness, but not all negative emotions, heightens addictive substance use melihat peran emosi negatif dalam kecanduan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kesedihan terkait dengan kecanduan tembakau.
Dalam studinya, tim melihat data dari survei nasional yang melacak 10.685 orang selama 20 tahun. Ditemukan bahwa kesedihan secara signifikan memprediksi status merokok.
Dalam studi selanjutnya, tim mengamati keinginan seseorang untuk merokok. Sebanyak 425 perokok ditempatkan dalam tiga kondisi yaitu kesedihan, jijik, dan netral. Mereka yang dalam kondisi sedih diperlihatkan klip dari film Pixar Up dan diminta untuk menulis tentang diri mereka saat mengalami kehilangan.
Peserta dalam kondisi jijik diperlihatkan klip film menjijikkan, kemudian diminta untuk menulis tentang pengalaman tidak sehat dalam hidup mereka sendiri. Dan dalam kondisi netral, peserta diperlihatkan video tentang pembuatan furnitur dan diminta untuk menulis tentang pekerjaannya.
Sebelum dan sesudah menonton klip, peserta ditanyai tiga pertanyaan tentang seberapa banyak mereka kecanduan rokok. Keadaan sedih meningkatkan keinginan untuk merokok dibandingkan dengan keadaan netral dan jijik.
Studi ketiga kemudian dilakukan. Peneliti meminta 760 peserta untuk menonton video netral atau sedih. Hasilnya, mereka yang berada dalam kondisi sedih jauh lebih tidak sabar untuk segera mengisap rokok.
Dan dalam studi terakhir, 158 perokok diminta untuk tidak merokok setidaknya selama delapan jam, dengan napas mereka diverifikasi melalui tes karbon monoksida. Peserta kembali diminta untuk menonton video sedih atau netral. Mereka kemudian mengisap sebatang rokok melalui alat yang mengukur volume, kecepatan, dan durasi isapan.
Hasilnya, perokok dalam kondisi sedih lebih tidak sabar dan merokok lebih banyak per isapan.
Peneliti mengatakan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara emosi negatif dan zat adiktif lainnya.