ZONAUTARA.com – Pernahkah anda berpikir bahwa apakah kata “cinta” dengan berbagai bahasa yang berbeda di seluruh dunia, menunjuk pada makna sesungguh yang sama secara emosional? Tak hanya kata “cinta”, namun juga kata yang melibatkan emosi lainnya.
Ada juga beberapa perasaan atau emosi yang tak bisa kita ungkapkan dalam bahasa kita, namun terdapat kata yang diungkapkan dalam bahasa lain. Dari mana asalnya perbedaan ini? apakah kita mengalami emosi secara berbeda berdasarkan budaya tempat kita dibesarkan?
Ada ratusan kata di seluruh dunia untuk menggambarkan keadaan dan konsep emosional.
Sebuah jurnal yang diterbitkan di Science dengan judul Emotion semantics show both cultural variation and universal structure menganalisis persamaan dan perbedaan antara bahasa berdasarkan pola “koleksifikasi”, di mana banyak konsep diekspresikan oleh bentuk kata yang sama.
Joshua Conrad Jackson dan tim dari University of North Carolina di Chapel Hill melihat 2.439 konsep berbeda (termasuk 24 yang berkaitan dengan emosi) dari 2.474 bahasa.
Tim menggunakan contoh kata ænduh dalam bahasa Persia dapat digunakan untuk mengungkapkan kesedihan dan penyesalan. Dalam dialek Dargwa, diucapkan di Dagestan di Rusia, dard berarti kesedihan dan kecemasan. Oleh karena itu, penutur bahasa Persia dapat memahami kesedihan lebih dekat dengan penyesalan, sedangkan penutur Dargwa lebih dekat dengan kecemasan.
Analisis memungkinkan para peneliti untuk melihat seberapa dekat konsep emosional yang berbeda terkait satu sama lainnya. Penelitian ini mengungkapkan variasi yang luas antara keluarga bahasa.
Misalnya, dalam bahasa Tad-Kadai, yang dapat ditemukan di Asia Tenggara, Cina selatan, dan India Timur Laut, “kecemasan” dikaitkan dengan “ketakutan”. Sedangkan dalam bahasa Austroasiatik, kecemasan lebih dekat dengan “kesedihan” atau “penyesalan”.
Dalam bahasa Nakh Daghestanian yang digunakan terutama di beberapa bagian Rusia, di sisi lain, “kemarahan” terkait dengan “iri”. Tetapi dalam bahasa Austronesia, kemarahan terkait dengan “benci”, “buruk”, dan “bangga”.
Selain itu, letak geografi juga penting. Peneliti menemukan bahwa keluarga bahasa yang secara geografis lebih dekat cenderung berbagi asosiasi yang lebih mirip daripada dengan daerah yang letak geografinya jauh.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa konsep emosional memang bervariasi antara bahasa sampai titik tertentu. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa mirip pengalaman universal yang seharusnya.
Emily Reynolds mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti bagaimana orang lain mengalami dunia, dan bahasa seringkali tidak memadai untuk mengekspresikan emosi internal kita. Dan sementara penelitian menunjukkan bahwa pengalaman emosional itu dapat bervariasi di seluruh dunia.