ZONAUTARA.com – Perbedaan cara komunikasi antara pria dan wanita nyatanya memang ada. Sebuah studi psikologi baru menunjukkan bahwa mereka memang memiliki gaya komunikasi yang sangat berbeda.
Tim peneliti dari San Francisco State University, yang dipimpin oleh Priyanka Joshi, mengamati bagaimana pria dan wanita menggunakan “communicative abstraction” untuk menyampaikan emosi dan ide mereka melalui pilihan kata yang digunakan.
Studi dengan judul Gender differences in communicative abstraction ini diterbitkan di American Psychologycal Association.
“Communicative abstraction” atau “Abstraksi komunikatif” adalah preferensi untuk menggunakan ucapan abstrak atau acak yang berfokus pada gambaran yang lebih luas dan tujuan akhir tindakan, atau pandangan makro, daripada ucapan konkret yang berfokus pada detail dan sarana untuk mencapai tindakan, atau pandangan mikro.
Para ilmuwan menemukan bahwa pria lebih cenderung berbicara secara abstrak daripada wanita, yang lebih fokus pada detail.
Para psikolog melihat pola linguistik pria dan wanita dalam kata-kata tertulis dan lisan. Salah satu penelitian melibatkan lebih dari 600.000 posting blog di Blogger.com untuk menentukan apakah pria menulis lebih abstrak daripada wanita.
Para peneliti mengaitkan peringkat abstraksi dengan 40.000 kata-kata bahasa Inggris yang paling sering digunakan seperti “meja” atau “kursi” (yang memiliki abstraksi rendah) atau “keadilan” dan “moralitas” (yang memiliki abstraksi tinggi). Posting blog tersebut menunjukkan bahwa pria lebih sering menggunakan kata-kata abstrak.
Studi lain melibatkan pemeriksaan lebih dari 500.000 transkrip dari sesi Kongres AS antara tahun 2001 dan 2017. Pola pidato lebih dari 1.000 anggota Kongres mengungkapkan kesimpulan yang sama, bahwa pria menggunakan bahasa abstrak dalam pidatonya daripada wanita.
Para ilmuwan berpikir bahwa fenomena ini terjadi akibat hasil dari dinamika kekuasaan sepanjang sejarah, dengan laki-laki umumnya memiliki pengaruh sosial yang lebih banyak.
Sebuah studi lebih lanjut yang dilakukan oleh para peneliti juga menunjukkan bahwa pola bicara seperti itu dapat diubah dengan memanipulasi dinamika kekuatan.
Para ilmuwan mendapat kesimpulan bahwa seseorang yang merasa memiliki kekuatan yang lebih besar, maka makin abstrak pula mereka saat berbicara.