ZONAUTARA.com – Awal November. Usai hujan deras turun tanpa jeda semalaman, pagi itu langit Kotamobagu memberi harapan bagi kami, tim Zonautara.com untuk bereksplorasi.
Kami memulai perjalanan setelah usai melakukan pengecekan perlengkapan tempur untuk liputan. Informasi yang kami peroleh soal rute yang akan kami lewati memang cukup ekstrem. Tengara kami adalah kebun kopi Mobalang yang terletak di Desa Poyowa, kecamatan Kotamobagu Timur.
Kotamobagu merupakan kota hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondouw, dengan luas daratan 184,33 km2. Posisinya berada di lembah yang dikelilingi pegunungan. Istimewanya kota ini, meski berstatus kota, Kotamobagu ditopang oleh sektor pertanian dan perkebunan.
Benar saja, rute ke tujuan kami sangat menantang adrenalin, tapi tidak bagi para petani kopi yang setiap hari melaluinya pulang pergi.
Kendaraan motor yang mereka gunakan sudah dimodifikasi secara khusus untuk medan berat seperti yang mereka gunakan untuk membonceng tim kami.
Jarak perkebunan tersebut sekitar satu kilometer dari pemukiman, jalannya mendaki dengan elevasi yang cukup ekstrim.
Meski sudah yakin akan kemahiran para petani mengendalikan sepeda motor mereka, kami tetap saja memilih turun sesekali di titik-titik tertentu karena jalannya cukup berbahaya.
Saat tiba di pondok yang ada di perkebunan, pemiliknya Rio Lombone, salah satu petani kopi di Mobalang, banyak memberi kami pengetahuan tentang kopi, mulai dari proses penanaman, perawatan, hingga cara menyeduh kopi yang benar, ala petani Kopi Arabica Mobalang.
Kami diberi tahu, saat menyeduh kopi, sebaiknya tidak langsung menuangkan air panas hingga penuh. Biarkan dahulu kopinya menyatu dengan sedikit air, “zat padat dan zat cair bertemu, pacaran dulu. Kalau sudah semenit baru dituang lagi airnya,” jelas Rio.
Jika sudah kopi dan airnya sudah menyatu dan siap diminum, tidak perlu mengaduknya, cukup meminggirkan busa kopi (krema) ke samping cangkir.
“Pada saat ampas kopi jatuh, rasa manis di kopi akan naik,” kata Rio.
Dengan cara menyeduh kopi seperti ini, kualitas kopi dapat dibedakan. Saat dipetik, kopi yang masih berbentuk buah, dirambang menggunakan air di dalam wadah/ember untuk menyortir buah kopi yang berkualitas baik. Buah kopi yang tenggelam adalah kopi yang berkualitas.
Kopi yang kualitasnya baik, ampasnya akan tenggelam saat diroasting dan diseduh, ditandai dengan munculnya krema seperti busa.
Rio juga memberi saran, jika membeli kopi dalam kemasan, lebih dianjurkannya untuk membeli kopi rosbean.
“Kopi bubuk, sekali buka tutup buka tutup, oksidasi sama oksigen,” terang Rio.
Sungguh perjalanan kali ini, selain menyenangkan, kami menjadi banyak tahu tentang kopi, dengan banyak filosofi yang mengikutinya.