bar-merah

Orang yang berisiko depresi lebih menyukai lirik lagu yang rumit

Ilustrasi (Sumber: pexels.com)

ZONAUTARA.com – Nyanyian dan lagu selalu mengiringi perjalanan kita. Musik merupakan salah satu hiburan tersendiri bagi banyak orang. Tak hanya hiburan, seseorang juga bisa memiliki hubungan emosional dengan musik.

Sebuah penelitian menemukan bahwa seseorang yang berisiko depresi lebih suka musik dengan lirik lagu yang lebih rumit.

Ketika kita mendengarkan lirik lagu dengan melodi melankolis atau mendayu-dayu, kita sering dibombardir oleh perasaan yang intens dan sangat bermakna.

Pasti anda pun bertanya-tanya apakah orang lain juga akan memiliki respon yang sama atau berbeda? Bagaimana dengan orang yang berisiko depresi?

Penelitian dengan judul How Much do Lyrics Matter? Analysing Lyrical Simplicity Preferences for Individuals At Risk of Depression ini akan menjawab pertanyaan anda.

Lagu bahagia vs lagu sedih

Tidak semua lirik lagu diciptakan sama. Beberapa lagu hanya mengandung lirik-lirik dengan makna tak mendalam dan hanya diulang-ulang sesuai melodinya.

Studi tersebut meneliti hubungan antara preferensi orang dalam kompleksitas lirik lagu yang disukasi dan risiko depresi. Para peneliti menemukan bahwa lirik lagu-lagu bahagia cenderung memiliki kompresibilitas yang lebih tinggi, yang berarti mengandung konten informasi yang lebih sedikit.

Lagu bahagia ditemukan lebih banyak menggunakan kata-kata berulang, pendek dan sederhana, atau lebih sedikit frasa alegoris dan puitis. Sementara itu, penelitian menemukan bahwa lagu sedih cenderung memiliki lirik yang lebih kompleks.

Bagaimana penelitian dilakukan?

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis orang yang lebih menyukai lagu yang kompleks (kompresibilitas rendah) dan mana yang lebih menyukai lagu yang lebih sederhana (kompresibilitas tinggi).

Untuk mengetahuinya, tim memeriksa enam bulan terakhir history playlist dari mereka yang menggunakan Last.fm. Mereka membandingkan tren kesederhanaan lirik untuk pengguna yang dikelompokkan sebagai berisiko depresi dan yang tidak berisiko.

Hasilnya mengungkapkan tren yang jelas yang menunjukkan bahwa orang yang berisiko depresi cenderung lebih menyukai lagu yang kompleks. Mereka menyukai lirik dengan konten informasi yang tinggi.

Mengapa hal itu terjadi?

Mengapa orang yang berisiko depresi lebih menyukai kerumitan dan lebih sedikit pengulangan? Studi ini tidak dapat menjawab hal ini. Namun peneliti menawarkan hipotesis. Hipotesis tersebut menyangkut gagasan bahwa lagu-lagu yang sangat berulang dan dengan lirik sederhana hanya membutuhkan sedikit usaha mental.

Studi ini menunjukkan bahwa lirik lagu sangat diperhatikan dan penting untuk menggambarkan perasaan seseorang.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com