ZONAUTARA.com – Marketplace atau pasar NFT (Non-Fungible Token) kini sedang ramai dibicarakan orang. Bahkan banyak orang sudah langsung ikut-ikutan bertransaksi di pasar NFT karena tergoda mengikuti keuntungan yang diraih Ghozali di marketplace NFT Open Sea.
Meski memang melakukan jual beli di pasar NFT saat ini sudah semudah berdagang di e-commerce, namun perlu diingat bahwa marketplace NFT mempunyai sistem yang jauh berbeda dengan marketplace e-commerce yang sudah dikenal luas itu.
Di marketplace NFT yang berbasis blockchain, ada private key yang sangat penting untuk dijaga kerahasiaannya. Private key ini merupakan sekumpulan angka yang digunakan untuk mengakses mata uang kripto.
Private key ibarat password yang diperlukan oleh pengguna untuk memverifikasi setiap transaksi yang menggunakan mata uang kripto.
Mata uang kripto itu sendiri tersimpan di wallet, semacam dompet digital berupa ekstensi browser atau aplikasi di handphone. Mata uang kripto yang dikenal luas adalah Bitcoin dan Ethereum. Sementara wallet mata uang kripto yang paling banyak dipakai di pasar NFT adalah Metamask.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Bitocto Milken Jonathan, saat ini banyak situs palsu yang bertindak seolah-olah sebagai marketplace NFT. Situs-situs palsu ini, berusaha mendapatkan privaet key pengguna untuk mengakses wallet mata uang kripto.
“Ada juga yang impersonasi sebagai customer support untuk NFT marketplace tersebut namun nyatanya tidak dan private key-nya pun juga di-hack bersama dengan aset-asetnya.” kata Milken dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (14/1) pekan lalu.
Milken mengatakan situs tersebut kebanyakan sudah di-takedown (tutup paksa). Namun setelah dibongkar, mereka membuat lagi yang baru.
Milken menganjurkan agar pemula mempelajari dahulu mengenai cara kerja mata uang kripto dan blockchain agar dapat paham tentang end-to-end flow dari NFT.
Pasar NFT masih baru
Sementara itu, CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan meminta agar pengguna berpikir dua kali sebelum mulai berinvestasi menggunakan NFT. Maklum, ekosistem NFT masih relatif baru.
Pengembangannya pun masih bertahap sehingga secara kegunaan belum terlalu bisa digunakan.
“NFT memang tren yang berhubungan dengan kripto. Namun, hal yang perlu dipahami oleh para investor adalah NFT bukanlah suatu produk investasi. Jadi jangan sampai menyesal sudah membeli suatu karya digital mahal namun susah untuk menjualnya kembali,” kata Oscar.
Oscar mengatakan apabila ada investor yang memiliki keinginan untuk berinvestasi dengan NFT, sebaiknya itu dilakukan di aset kripto. Karena itu, ia nilai NFT lebih cocok untuk kolektor yang ingin membeli sesuatu yang unik dan memang berniat ingin mengoleksi bukan investasi.
Sama seperti Milken ia menganjurkan agar masyarakat pelajari terlebih dahulu mengenai penggunaan mata uang kripto.
“Untuk berkarya di NFT saya rasa para kreator harus paham betul teknologi dan ekosistem NFT itu apa terlebih perihal copyright karya. Sementara untuk para pembeli harus memahami bahwa risiko NFT yaitu terkait masalah likuiditas karena jika seseorang membeli NFT belum tentu dia bisa menjualnya kembali dengan mudah,” ujar Oscar.
Sumber: CNN Indonesia