ZONAUTARA.com – Karena kehabisan akal saat ditanyai uang titipan orang tuanya, Sri Wahyuliati Ningsih (42), seorang guru SD di Mojekerto, akhirnya mengarang cerita menjadi korban perampokkan.
Sri bahkan nekat melapor ke Polsek Ngoro, Mojokerto pada Senin (21/2) bahwa dirinya dirampok oleh 4 orang di Jalan Raya Desa Tanjangrono, Ngoro, Mojokerto. Dia melapor ke polisi bahwa dia baru saja dirampok di Jembatan Tanjangrono sekitar pukul 13.00 WIB.
Di hadapan polisi Sri mengaku, para pelaku mengendarai sepeda motor Honda Vario dan Yamah RX Kong warna hitam. Kepada polisi dia bilang dirinya mengendarai sepeda motor Honda Beat.
Sri mendetilkan cerita kepada polisi bahwa dia baru saja mencairkan uang sebanyak Rp 150 juta dari Bank Jatim Cabang Pembantu Mojosari pada pagi hari.
Namun polisi dari Satreskrim Polres Mojokerto yang diterjunkan menyelidiki kasus ini menemukan sejumlah kejanggalan. Hasil pengecekan ke Bank Jatim Cabang Pembantu Mojosari, Sri hari itu tidak pernah mencairkan uang Rp 150 juta. Saldo di rekeningnya hanya sekitar Rp 3 juta.
Berbekal temuan tersebut, polisi kembali menggali keterangan dari Sri. Cerita guru SD ini pun berubah. Ia mengarang cerita kehilangan tas berisi uang Rp 500 ribu, kartu ATM dan SIM saat pulang mengajar. Sejurus kemudian ia mendadak pingsan.
Sri kemudian dilarikan ke RS Dharma Husada, Ngoro. Lagi-lagi ia hanya berpura-pura sakit untuk mengelabui polisi karena dokter yang memeriksanya menyatakan kondisinya normal.
Sri akhirnya tidak bisa mengelak saat diinterogasi polisi dan mengaku telah membuat laporan perampokan palsu.
Uang titipan ortu
Sri melakukan kebohongan dan merancang skenario itu karena orang tuanya terus mendesak Sri, menanyakan uang titipan mereka.
“Yang bersangkutan (Sri) diberi uang Rp 150 juta oleh orang tuanya sekitar tiga tahun lalu. Dia diminta mendepositokan uang tersebut,” kata Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo, dikutip dari detikJatim, Rabu (23/2/2022).
Andaru menjelaskan, uang Rp 150 juta itu berasal dari dana pensiun ayah Sri yang dulunya menjadi satpam perusahaan BUMN di Sidoarjo.
Menurutnya, Sri menghabiskan uang tersebut tanpa sepengetahuan kedua orang tua. Bahkan suami Sri juga tidak mengetahui ulah istrinya. Karena statusnya suami sambungan yang baru menikah dengan Sri sekitar 2 tahun lalu. Sementara PNS asal Desa Jiken, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, itu menerima uang dari orang tuanya sekitar 3 tahun lalu.
“Dibuat untuk keperluan rumah tangganya, termasuk membeli sepeda motor Honda Beat sekitar Rp 16 juta, yang lainnya dia (Sri) tidak bisa menjelaskan,” ujar Andaru.
Dua hari sebelum membuat sandiwara perampokan, Sabtu (19/2), Sri didesak kedua orang tuanya untuk menunjukkan bukti deposito uang Rp 150 juta.
Ibu dua anak itu pun bingung lantaran uang tersebut sudah dia habiskan sehingga ia nekat mengarang cerita perampokan agar orang tuanya mengira uang tersebut selama ini memang disimpan di bank.
“Orang tuanya curiga, selama ini menanyakan bukti deposito tidak pernah ditunjukkan. Akhirnya dua hari sebelum kejadian dia ditekan orang tuanya untuk menunjukkan bukti deposito,” jelas Andaru.
Sumber: detik.com