ZONAUTARA.com — Setelah dua tahun tidak dirayakan karena pandemi Covid-19, masyarakat negeri adat Danowudu di Kota Bitung, Sulawesi Utara bersyukur bisa merayakan hari ulang tahun (HUT) Kelurahan Danowudu yang ke-114, yang dirayakan setiap 6 Mei 2022.
Namun perayaan syukuran dilaksanakan pada Rabu (11/05/2022), bertempat di komplek Kantor Camat Ranowulu atau samping gereja GMIM Eden Maesa, Danowudu dengan berbagai agenda termasuk pelantikan anggota Pemangku Adat Negeri Danowudu (PAND).
Sebelum acara puncak syukuran HUT, Pemerintah Kelurahan Danowudu terlebih dahulu mengadakan rangkaian kegiatan adat rutin tahunan, seperti kerja bakti massal di pekuburan, ziarah dan tabur bunga di makam-makam mantan hukum tua dan mantan lurah Danowudu.
Selain kegiatan adat rutin tahunan tersebut, pada acara puncak, juga diadakan pemeriksaan dan pengobatan mata gratis untuk masyarakat Kelurahan Danowudu.
Acara ibadah syukuran HUT Negeri Adat Danowudu itu dimulai sekitar pukul 16.00 Wita, dihadiri oleh Wali Kota Bitung, Ir. Maurits Mantiri, M.M., beserta jajarannya, yang mendapat sambutan tarian adat Kabasaran, dan para pemangku adat yang mengenakan pakaian adat Minahasa.
Ut Jantje Tengker, selaku pemangku adat Negeri Danowudu, membuka acara dengan memaparkan maksud dan tujuan kegiatan, yaitu sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Esa, serta meningkatkan kerukunan masyarakat Danowudu.
“Sebagai wujud syukur kepada Opo Empung Wailan Wangko Tuhan Yesus Kristus dan penyertaan dan bimbingannya kepada pemerintah dan semua elemen masyarakat, dan untuk meningkatkan tali persaudaraan, keakraban, persaudaraan, dan kesatuan serta menjalin kerukunan antara warga kelurahan dan dengan kelurahan lain, serta melestarikan nilai-nilai adat warisan nenek moyang, agar tidak hilang tergeser oleh modernisasi zaman,” ucap pemangku adat yang akrab disapa ‘Ut’.
Rangkaian Ibadah syukuran HUT Danowudu ke-114, dipimpin oleh seluruh tokoh agama di Kelurahan Danowudu, yang secara bersama-sama menempati panggung acara. Adapun khotbah dipimpin oleh Pdt. Helmy Marcel Malonda, dari GMIM Eden Maesa Danowudu.
Agenda Pengukuhan Pengurus Adat dan Pemasangan Lilin
Upacara pengukuhan pengurus adat diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan sikap sempurna, kemudian mengheningkan cipta mengenang jasa para leluhur dan pahlawan, yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Bitung, Ir. Maurits Mantiri, M.M., yang sekaligus melantik Herman Lontaan sebagai anggota pemangku adat negeri Danowudu, untuk pergantian antarwaktu.
Pengukuhan diikuti dengan penandatanganan dan penyerahan berita acara, dan ditutup dengan menyanyikan lagu Mars Danowudu oleh seluruh hadirin, dipimpin oleh PAND Ferry Kambey.
Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri memberikan sambutan kepada masyarakat, dan ungkapan syukurnya akhirnya acara adat bisa kembali digelar setelah beberapa tahun tidak dilaksanakan karena pandemi.
Dalam sambutannya, ia juga mengapresiasi usaha panitia dan pemangku adat yang telah berusaha maksimal menyelenggarakan HUT ke-114, sehingga menurutnya kegiatan adat bisa dimasukkan dalam APBD.
“Penyelenggaraan hari ini saya lihat murni upaya panitia yang bekerja keras serta ketua-ketua adat. Saya pikir karena ini kegiatan adat, torang so musti taruh di APBD, agar supaya kedepan masuk di kalender pariwisata,” kata Mantiri.
Disamping itu mengingat bahwa wilayah Danowudu merupakan pusat mata air yang menyuplai hampir 50 persen kebutuhan air di Kota Bitung, menurut Walikota penting melakukan upaya pelestarian sumber air.
Walikota juga mengingatkan upaya pelestarian bukan hanya sumber daya alamnya saja, juga pelestarian milai tradisi leluhur yang harus dijaga hingga saat ini.
“Nilai-nilai yang telah dipertahankan oleh sudara-sudara ini bukan sesuatu yang mudah. Sulit memang, di beberapa tempat torang berupaya untuk buat negeri adat, tetapi tidak bisa jadi sampai hari ini. Padahal peraturan daerah menyangkut lembaga kemasyarakatan tingkat kelurahan, jelas di sana ada yang namanya kelurahan adat,” ucap Mantiri.
Di akhir acara, semua yang hadir makan bersama secara adat di atas daun pisang yang telah ditata di meja panjang.
Adapun minum saguer menggunakan bambu sebagai pengganti gelas juga disajikan kepada tamu, sembari diiringi lagu-lagu khas Minahasa.
Masyarakat di setiap lingkungan juga membawa makanan untuk disantap bersama, membuat suasana kekeluargaan masyarakat Danowudu lebih erat dan hangat, sebagaimana tujuan diselenggarakannya acara Adat Negeri Danowudu.