ZONAUTARA.com – Beberapa hari lalu, Waste4Change , sebuah platform pengelolaan sampah yang berbasis di Indonesia mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai US$5 Juta, dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama. Pendanaan kali ini juga turut diikuti oleh Basra Corporation, Paloma Capital, PT Delapan Satu Investa, Living Lab Ventures, SMDV, dan Urban Gateway Fund.
Waste4Change telah menjadi platform pengelolaan sampah terkemuka untuk perusahaan, individu, dan instansi pemerintah di Indonesia. Misi perusahaan ini sejak awal berdiri di tahun 2014 adalah mengatasi permasalahan sampah dengan mencegah kebocoran sampah ke lingkungan dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
Melalui siaran pers, perusahaan menyebut bahwa Waste4Change akan menggunakan menggunakan modal tersebut untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah hingga 100 ton per hari dalam 18 bulan ke depan dan menjangkau lebih dari 2.000 ton sampah per hari dalam 5 tahun.
Hal ini melibatkan pengintegrasian lebih banyak teknologi digital ke dalam proses pemantauan dan perekaman aliran pengelolaan sampah dan otomatisasi fasilitas Rumah Pemulihan Material. Kegiatan ini juga akan membantu Waste4Change untuk memperkuat kemitraan dengan sektor persampahan informal, yang saat ini didukung oleh pemulung, bank sampah, pasar loak, dan pengumpul sampah.
Masalah sampah
Dengan populasi yang mencapai lebih dari 270 juta orang, Indonesia memiliki masalah tentang pengelolaan sampah terbesar di Asia Tenggara, dengan tingkat daur ulang berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang masih sangat rendah yaitu 11-12%. Namun hal ini mungkin akan segera berubah seiring kebijakan baru yang dibawa oleh regulator.
Pemerintah baru saja merilis Program Indonesia Bersih Sampah 2025 (Indonesia Bebas dari Sampah, diresmikan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia 97/2017). Peraturan ini menuntut semua pihak untuk mendukung terwujudnya pengurangan sampah 30% dari sumbernya (termasuk memilah sampah ke tempat sampah terpisah sehingga sampah tertentu dapat diolah menjadi produk daur ulang yang berbeda) dan 70% sampah diolah. Target ini harus tercapai sebelum akhir tahun 2025.
Program ini juga telah memicu peraturan pengelolaan sampah baru dari pemerintah daerah dan inisiatif pengelolaan sampah dari sektor komersial. Dalam hal permintaan pasar baru, perubahan ini telah menciptakan lonjakan kebutuhan akan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, dengan laporan pengelolaan sampah yang terperinci.
Waste4Change saat ini hadir di 21 kota di Indonesia, mengelola lebih dari 8,000 sampah per tahun. Semua sampah tersebut dikumpulkan dari lebih 100+ klien B2B dan 3,500+ perumahan. Sejak tahun 2017, pencapaian Waste4Change ini telah menumbuhkan angka CAGR mencapai 55,1%
Pelanggan diminta untuk memilah sampah mereka sesuai dengan panduan Waste4Change. Kemudian, Waste4Change akan mengirimkan petugas ke lokasi mereka untuk nantinya sampah diangkut langsung oleh petugas, lalu menyediakan laporan terperinci setelah proses selesai.
Pelanggan juga memiliki pilihan untuk membawa sampah ke salah satu titik drop-off Waste4Change atau mengirim sampah mereka ke Waste4Change.
Waste4Change saat ini memiliki 108 karyawan dan 141 operator pengelolaan sampah. Waste4Change berencana untuk menambah 52 orang lagi ke dalam tim dan melibatkan lebih dari 300 sektor informal dan UMKM di sektor limbah (sejumlah personel internal dan eksternal) untuk terus mendorong pertumbuhan.
Pendiri sekaligus CEO Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano, menjelaskan, “Sektor pengelolaan sampah di Indonesia masih terus berkembang dan kami siap untuk membantu dalam prosesnya.”
“Dengan tingkat daur ulang Indonesia yang masih rendah yaitu 11-12% berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kami mengetahui bahwa masih banyak material bernilai yang siap dilibatkan kembali dalam proses produksi. Masyarakat semakin mengedukasi diri tentang sampah dan lingkungan, start-up dan bisnis baru terkait pengelolaan sampah semakin bermunculan, dan pemerintah menyambut baik seluruh pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam memajukan Indonesia. Dibandingkan dengan apa yang kami alami di tahun 2014, pasar saat ini mulai semakin matang. Kami akan melakukan apapun yang kami bisa untuk memberikan solusi untuk setiap kebutuhan pengelolaan sampah,” jelas Junerosano.
Junerosano menambahkan, “Kami bekerja sama dengan pemain modal ventura terbaik di sektor teknologi. Semua investor kami menanggapi ESG dengan serius dan bersedia berbagi wawasan mereka dengan kami dalam menciptakan solusi pengelolaan sampah terbaik. Kami lebih dari siap untuk mewujudkan misi bersama kami untuk memberikan dampak positif yang lebih cepat dan lebih besar terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi.”
Pandu Sjahrir, Founding Partner di AC Ventures, mengatakan, “Waste4Change adalah pionir yang menyediakan solusi pengelolaan sampah secara end-to-end. Keberlanjutan adalah fokus utama tim, dengan komitmen yang ditunjukkan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.”
“Perusahaan ini membuktikan telah mencapai kecocokan pasar produk dan memiliki potensi untuk berkembang di seluruh negeri. Timing berkembangnya Waste4Change juga ideal, karena pemerintah Indonesia menginginkan setidaknya pengurangan 30% di sumbernya, dengan 70% sisanya ditangani pada tahun 2025,” tambah Sjahrir.
——
Tentang Waste4Change
PT Wasteforchange Alam Indonesia (Waste4Change) ada perusahaan pengelolaan sampah bertanggung jawab yang didirikan oleh PT Greeneration Indonesia (Ecoxyztem) dan PT Bumi Lestari Bali (EcoBali) pada November 2014, berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.
Waste4Change menyediakan solusi pengelolaan sampah dari hulu ke hilir yang terdiri dari 4 lini, yakni:
- Consult: riset dan studi terkait persampahan
- Campaign: capacity building, edukasi, dan pendampingan
- Collect: pengangkutan dan pengolahan sampah harian untuk nol sampah ke TPA
- Create: daur ulang sampah dan penerapan program EPR (Extended Producer Responsibility)