ZONAUTARA.com – Selama 20 tahun terakhir (2001-2021), wilayah kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) menjadi lokasi yang paling banyak kehilangan tutupan pohon dibanding 14 daerah lain di provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Selama kurun waktu tersebut, menurut analisis platform Global Forest Watch (GFW) yang diakses pada Selasa (29/11/2022), Bolmong kehilangan tutupan pohon sebesar 26 ribu hektar (Ha), dari 293 ribu Ha luas tutupan pohon yang dimiliki oleh Bolmong.
Selain Bolmong, wilayah lainnya yang mengalami kehilangan tutupan pohon terbesar adalah Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) yang kehilangan 20,4 ribu Ha (dari 171 ribu Ha), dan Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) yang kehilangan 18,4 ribu Ha (dari 146 ribu Ha)
Ketiga wilayah di Sulut itu bertanggunjawab atas 58% dari semua kehilangan tutupan pohon di Sulut antara 2001 hingga 2021.
Seluruh wilayah di Sulut dari tahun 2000 hingga 2020, kehilangan tutupan pohon bersih sebesar 19,6 ribu Ha dari 1,17 juta Ha hutan stabil yang terbaca melalui analisis GFW.
Selama kurun waktu 2000-2020, wilayah Sulut juga memperoleh 4,05 ribu Ha tutupan pohon dan kehilangan 23,7 ribu Ha. Sementara yang terganggungu sebesar 163 ribu Ha.
Dari 2022 hingga 2021, Sulut kehilangan 43,4 ribu Ha hutan primer basah, menyumbang 40 persen dari total kehilangan tutupan pohon. Pada kurun waktu yang sama, hutan primer basah di Sulut berkurang sebesar 7,2 persen.
Kehilangan tutupan pohon tidak berarti deforestasi
Kehilangan tutupan pohon mengacu pada gangguan terhadap vegetasi kayu setinggi lebih dari lima meter— baik vegetasi tersebut berada di hutan primer dewasa, hutan sekunder yang telah pulih dari gangguan sebelumnya, atau perkebunan pohon.
GFW mengambil data dari berbagai sumber hasil kolaborasi yakni dari University of Maryland, Google, USGS, dan NASA, serta menggunakan citra satelit Landsat untuk memetakan kehilangan tutupan pohon tahunan di resolusi 30 x 30 meter.
Untuk mempertajam analisis kehilangan hutan alami dewasa, GFW memfokuskan analisis lebih khusus pada hilangnya hutan primer tropis basah.
Hutan-hutan jenis ini pada umumnya memiliki nilai karbon dan keanekaragaman hayati yang tinggi, dan begitu hutan-hutan tersebut hilang atau gundul, butuh waktu puluhan tahun atau bahkan ribuan tahun untuk tumbuh kembali menjadi hutan primer.
Data kehilangan tutupan pohon belum membedakan penyebab kehilangan tutupan pohon, yang dapat bervariasi mulai dari gangguan alam, kebakaran antropogenik, hingga deforestasi tebang habis.
Data tambahan serta interpretasi visual lebih lanjut diperlukan untuk analisis lebih dalam penyebab kehilangan tutupan pohon.