Australia menolak melawan Afghanistan dalam seri pertandingan kriket internasional mendatang. Tim nasional negara itu menyebut pembatasan lebih lanjut tentang hak-hak perempuan yang diberlakukan di Afghanistan oleh pemerintah Taliban yang berkuasa sebagai penyebabnya.
Tim nasional Australia dijadwalkan bertemu tim nasional Afghanistan di Uni Emirat Arab untuk tiga pertandingan pada bulan Maret. Tetapi setelah berkonsultasi dengan pemerintah Australia dan kelompok-kelompok lain, organisasi kriket nasional negara itu, Cricket Australia (CA), Kamis (12/1) mengatakan akan membatalkan seri tersebut.
Ketika Kabul jatuh ke tangan Taliban pada Agustus 2021, kelompok ekstremis itu melarang perempuan berolahraga dengan alasan bertentangan dengan hukum Islam yang mewajibkan rambut dan tubuh mereka tertutup.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (11/1), CA mengatakan keputusan untuk menarik diri dari pertandingan itu karena adanya pembatasan Taliban yang diberlakukan baru-baru ini terhadap perempuan dan anak perempuan terkait pendidikan, kesempatan kerja, serta akses ke taman dan pusat kebugaran.
“CA berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan permainan kriket untuk perempuan dan laki-laki di seluruh dunia, termasuk di Afghanistan, dan akan terus terlibat dengan Dewan Kriket Afghanistan untuk mengantisipasi peningkatan kondisi bagi perempuan dan anak,” kata CA.
Pembatalan seri tersebut terjadi setelah Australia mengutip alasan serupa untuk membatalkan pertandingan uji coba satu kali melawan Afghanistan yang tadinya akan dimainkan di Hobart, Australia pada November 2021.
Pada bulan Desember, Taliban melarang perempuan menyelesaikan pendidikan tinggi, setelah melarang kehadiran mereka di pusat kebugaran dan taman sebulan sebelumnya.
Menurut PBB, perempuan juga dilarang bersekolah setelah kelas enam dan bekerja di sebagian besar pekerjaan di luar rumah mereka.
Pada November 2021, Dewan Kriket Internasional (ICC) membentuk kelompok kerja yang bertujuan untuk mendukung dan meninjau kriket putri dan putra di Afghanistan, tetapi lebih dari setahun kemudian, negara tersebut tetap menjadi satu-satunya anggota penuh ICC tanpa tim perempuan yang beroperasi penuh. [ab/uh]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia