Sementara Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan berlangsung minggu ini di resor ski Davos di Swiss, badan amal Oxfam mengatakan kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrem telah meningkat secara bersamaan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun. Organisasi itu menyerukan perpajakan yang lebih adil untuk merespons ketidaksetaraan yang melonjak itu.
Ratusan miliarder, puluhan menteri pemerintah, dan gubernur bank sentral akan menghadiri WEF, yang secara luas dipandang sebagai pertemuan orang-orang super kaya global. Dalam laporannya, “Survival of the Richest,” yang diterbitkan Senin (16/1), Oxfam mengatakan para miliarder dunia semakin kaya.“
Davos kembali diadakan pada bulan Januari. Festival kekayaan kembali digelar. Dan kami menghadirkan temuan baru yang mengkhawatirkan yang menunjukkan bahwa satu persen, satu persen orang-orang terkaya di dunia, telah meraih hampir dua pertiga dari semua kekayaan baru yang diciptakan sejak 2020,” kata direktur keadilan ekonomi Oxfam America, Nabil Ahmed, kepada VOA.
Badan amal tersebut mengatakan bahwa perolehan kekayaan setara dengan $42 triliun, hampir dua kali lipat dari penghasilan 99 persen populasi terbawah di dunia.
Oxfam menyerukan pajak yang dikenakan pada perusahaan energi agar diperluas ke perusahaan makanan yang menghasilkan keuntungan besar. Badan itu juga menginginkan pajak hingga lima persen diterapkan pada multimiliuner dan miliarder dunia.
“Ketidaksetaraan ekstrem tidak bisa dihindari,” kata Ahmed kepada VOA. “Ini bukan tentang perawat, guru, kelas menengah. Ini benar-benar tentang mereka yang berada di puncak, memastikan agar mereka membayar pajak yang jauh lebih adil.” [vm/ka]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia