Konfrontasi antara polisi dan demonstran berlanjut di Lima pada Selasa (24/1), di tengah-tengah tuntutan agar Presiden Dina Boluarte mengundurkan diri.
Sedikitnya 56 orang tewas dalam protes di jalan pada pekan-pekan setelah pemimpin terpilih Peru dipenjarakan, kebanyakan adalah para demonstran yang tewas di tangan polisi.
Boluarte mengatakan, “Sejak saya mulai menjabat, saya menyerukan perdamaian dengan Kongres. Sekarang saya menyerukan perdamaian untuk negara tercinta saya guna membangun dialog dan menetapkan agenda untuk setiap kawasan.”
Boluarte telah berulang kali menyerukan “perdamaian nasional” dan menyalahkan demonstran atas kekerasan politik yang melilit negara itu. Ia mengklaim para penambang ilegal, penyelundup dan pedagang narkoba membentuk “pasukan paramiliter” untuk membuat kerusuhan demi keuntungan politik.
Ia mengatakan banyak blokade jalan di berbagai penjuru negara itu dan kerusakan infrastruktur telah merugikan negara lebih dari $1 miliar karena hilangnya produksi.
Ia mengatakan bahwa para demonstran yang tewas dengan luka tembak itu disebabkan oleh tembakan demonstran lainnya, mengklaim penyelidikan akan menunjukkan luka mereka tidak sesuai dengan senjata yang dibawa polisi.
Sementara itu, sekitar 90 polisi dirawat di rumah sakit karena luka memar.
Protes dimulai setelah Boluarte, wakil presiden di bawah Pedro Castillo, dilantik sebagai presiden baru pada 7 Desember.
Castillo dimakzulkan pada 7 Desember setelah upaya yang gagal untuk membubarkan Kongres guna mencegah pemungutan suara untuk menurunkan dia dari jabatannya. [uh/ab]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia