The Bulletin of the Atomic Scientists minggu lalu menggerakkan jarum jam simbolik mereka yang menunjukkan seberapa dekat umat manusia dengan penghancuran diri. Mereka merujuk pada invasi Rusia ke Ukraina, ketegangan nuklir, dan perubahan iklim sebagai alasan perubahan jarum jam itu.
Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Rusia telah melanggar Perjanjian START Baru yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang boleh dimiliki Amerika dan Rusia, serta pengerahan rudal dan pembom berbasis darat dan kapal selam, yang boleh digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir.
Amerika mengatakan Rusia tidak mengizinkan inspeksi fasilitas-fasilitasnya sebagaimana yang disyaratkan dalam perjanjian itu. Tetapi wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengatakan Rusia dapat dengan mudah kembali pada kepatuhannya.
“Ada jalur yang jelas untuk kembali mematuhi perjanjian itu. Yang perlu dilakukan Rusia hanya mengizinkan inspeksi fasilitas-fasilitas yang ada di wilayahnya, sebagaimana yang dilakukan selama bertahun-tahun di bawah Perjanjian START Baru; dan bertemu dalam sessi komisi konsultatif bilateral. Tidak ada yang mencegah tim inspeksi Rusia untuk melakukan perjalanan ke Amerika dan melakukan inspeksi,” kata Patel.
Pejabat-pejabat Rusia menyalahkan Amerika, merujuk dukungan Amerika pada Ukraina yang mempertahankan diri dari invasi Rusia, dan Agustus lalu menangguhkan inspeksi tim Amerika atas fasilitas nuklir Rusia. Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia masih ingin mempertahankan Perjanjian START Baru.
“Seberapa pun menyedihkan situasinya, tetap harus ada yang dipertahankan. Kami menilai kelanjutan Perjanjian START Baru ini sangat penting, memang tidak layak, tetapi secara hipotetis layak. Kami melihat Amerika sebenarnya telah menghancurkan kerangka hukumnya,” ujar Peskov.
Direktur Pusat Analisa Politik Militer di Institut Hudson, Richard Weitz mengatakan kepada VOA, ada beberapa alasan mengapa Rusia mungkin melanggar perjanjian itu.
“Paling-paling Rusia berupaya ingin mendapatkan lebih banyak konsesi dari Amerika, mungkin untuk mendapatkan lebih banyak kesempatan menginspeksi sistem Amerika. Atau yang paling buruk, Rusia menyandera proses kontrol senjata strategis untuk perangnya di Ukraina,” kata Weitz.
Rusia juga menolak mengesampingkan penggunaan senjata nuklir taktis di Ukraina, yang telah menimbulkan ketakutan global akan bencana nuklir. [em/lt]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia