Kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk melanjutkan hubungan diplomatik berdampak luas ke seluruh Timur Tengah dan sekitarnya. Kesepakatan tersebut juga mengurangi kemungkinan konflik bersenjata di kawasan regional.
Berikut adalah beberapa negara yang dapat terpengaruh oleh kesepakatan tersebut:
— YAMAN: Arab Saudi dan Iran terlibat dalam perang saudara selama bertahun-tahun di Yaman. Arab Saudi memasuki konflik pada 2015 dengan mendukung pemerintah negara yang diasingkan, sedangkan Iran mendukung pemberontak Houthi yang pada 2014 merebut Ibu Kota Sanaa. Sejumlah pemimpin negara mencari cara untuk mengakhiri konflik, yang telah meluas menjadi salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia dan perang proksi antara Riyadh dan Teheran. Kesepakatan Saudi-Iran diharapkan dapat memberikan dorongan untuk mengakhiri konflik tersebut.
— LEBANON: Iran merupakan pendukung utama milisi Syiah Lebanon Hizbullah. Sebaliknya, Arab Saudi malah mendukung politisi Sunni negara itu. Meredanya ketegangan antara Riyadh dan Teheran dapat mendorong kedua negara untuk melakukan rekonsiliasi politik di Lebanon, yang sedang menghadapi krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
— SURIAH: Iran mendukung Presiden Suriah Bashar Assad dalam perang yang berkecamuk di negara tersebut sejak lama, sedangkan Arab Saudi mendukung pemberontak yang berusaha menggulingkannya. Namun dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah gempa bumi yang menghancurkan Suriah dan Turki, negara-negara Arab semakin mendekati Assad. Kesepakatan diplomatik kedua negara diperkirakan dapat membuat Riyadh lebih cocok untuk berinteraksi dengan Assad yang akhirnya dapat emakin memperkuat tangan autocrat.
— ISRAEL: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin menormalkan hubungan dengan Arab Saudi. Namun, upaya itu tampaknya akan tersandung kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran – musuh bebuyutan Israel. Kerja sama dua negara itu juga bisa membuat Israel makin merasa ditinggal sendirian jika memutuskan untuk melakukan serangan militer terhadap program nuklir Iran yang makin mendekati tingkat senjata. Uni Emirat Arab, yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel dan telah lama mencurigai Teheran, berupaya meredakan ketegangan dengan Iran.
— IRAN: Iran menghadapi hujan sanksi internasional di tengah runtuhnya kesepakatan nuklir 2015 dengan sejumlah kekuatan dunia. Namun, seiring dengan waktu, sanksi tersebut semakin melemah. Kesepakatan Saudi-Iran dapat memberi Teheran jalan baru untuk menghindari sanksi. Iran telah memperdalam hubungannya dengan Rusia dan mempersenjatai Moskow dengan drone pembawa bom dalam perangnya di Ukraina.
— ARAB SAUDI: Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ingin membelanjakan puluhan miliar dolar untuk proyek-proyek besar sejalan dengan kebijakan kerajaan untuk mendiversifikasi pos pendapatannya. Selama ini Ryadh sangat bergantung dari minyak mentah yang kini terancam akibat dampak yang ditimbulkan oleh energi fosil itu terhadap perubahan iklim. Khawatir tentang serangan lintas batas hanya membuat proyek ini semakin diragukan.
— AMERIKA SERIKAT: Pemerintahan Biden bersikeras bahwa mereka selalu mendukung segala macam upaya yang dapat mengurangi ketegangan di Timur Tengah, termasuk pemulihan hubungan Iran-Saudi. Namun, para pejabat AS mengatakan mereka ragu Iran akan menindaklanjuti komitmennya, meski mereka akan mengawasinya dengan cermat. Peran China dalam memediasi pemulihan hubungan menjadi perhatian karena terkait dengan pertempuran antara Washington dan Beijing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan dan sekitarnya. Namun sejumlah pejabat mengatakan upaya China belum tentu akan berhasil. [ah/ft]

Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia