China meluncurkan satelit cuaca pada Minggu (16/4). Peluncuran itu mengakibatkan sejumlah penerbangan sipil mengalihkan rute mereka untuk menghindari zona larangan terbang yang diberlakukan China di utara Taiwan untuk menghindari risiko puing-puing roket yang berjatuhan.
Dilansir oleh Reuters, Kementerian Transportasi Taiwan mengatakan Beijing sudah memberitahu Taipei mengenai pemberlakuan zona larangan terbang mulai dari Minggu (16/4) hingga Selasa (18/4). Namun, China kemudian memangkas masa berlaku zona larangan terbang menjadi 27 menit pada Minggu pagi setelah Taiwan melayangkan protes.
Pengumuman larangan terbang itu menebar kegelisahan di kawasan karena dikeluarkan tak lama setelah China menggelar latihan perang di sekitar Taiwan, yang oleh Beijing dianggap wilayah China.
China Aerospace Science and Technology Corporation, kontraktor utama China untuk program-program ruang angkasa mengatakan satelit cuaca Fengyun 3G sukses diluncurkan dari Provinsi Gansu pada pukul 09.36 waktu setempat.
Satelit itu kemudian memasuki orbitnya, kata kontraktor yang menggambarkan peluncuran itu sebagai “kesuksesan.” Fengyun 3G adalah satelit orbit rendah bumi yang dirancang untuk melacak curah hujan.
Perusahaan itu tidak mengatakan jalur penerbangan roket Long March 4B yang membawa satelit itu. Namun waktu penerbangan bersamaan dengan pengumuman sebelumnya dari China mengenai zona larangan terbang.
China mengatakan bahwa tidak akurat menyebut sebagai zona larangan terbang. Meski demikian, Taiwan sudah mengeluarkan Notice to Airmen (Notam) atau Warta Kepada Udarawan (Wartadara) yang menyebut “wilayah udara diblokir karena aktivitas penerbangan ruang angkasa.”
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan puing-puing dari peluncuran roket jatuh ke “zona peringatan” di lepas pantai bagian utara pulau itu. Namun, puing-puing itu tidak berdampak pada keselamatan wilayah Taiwan.
Sejumlah penerbangan ke dan dari Taiwan dan China, Taiwan dan Korea Selatan serta Taiwan dan Jepang, mengalami pengalihan rute di sekitar zona pada Minggu (16/4) pagi, berdasarkan rute yang terpantau pada Flightradar24.
Rute penerbangan kembali normal tak lama setelah pukul 10.00.
Zona larangan terbang itu mencakup wilayah di atas Laut China Timur sedikit ke arah timur laut Taiwan yang merupakan lalu lintas padat penerbangan sipil.
Badan Administrasi Penerbangan Sipil Taiwan mengatakan dalam waktu satu jam, dari pukul 09.00 ada 33 penerbangan yang mengubah rutenya. Pengalihan rute itu menambah waktu terbang antar lima hingga 10 menit. [ft/ah]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia