Kementerian Migrasi dan Pengungsi Irak mengumumkan pada hari Selasa (18/4) pihaknya menutup sebuah kamp yang menampung warga Irak yang terlantar, yang diduga memiliki kaitan dengan kelompok teroris ISIS.
Pernyataan itu mengatakan penutupan kamp tersebut dilakukan sebagai bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk “menutup buku pengungsian” di negara itu, di mana 1,2 juta warga Irak masih mengungsi setelah konflik yang melanda negara tersebut selama bertahun-tahun.
Pekerja bantuan mengritik penutupan kamp tersebut sebagai tindakan yang tergesa-gesa dan kacau.
Pada hari Senin (17/4), penduduk dan pekerja bantuan di kamp Jadah 5 di Qayyarah, Irak utara – yang menampung sekitar 300 keluarga – diberitahu oleh pejabat pemerintah dan keamanan bahwa mereka harus meninggalkan kamp pada Rabu (19/4), sehari sebelum dimulainya hari raya Idul Fitri.
Irak telah lama berusaha untuk menutup kamp pengungsi tersebut, salah satu yang terakhir masih bertahan di daerah yang dikontrol oleh pemerintah federal, tetapi menghadapi tekanan balik dari kelompok-kelompok bantuan yang prihatin atas integrasi keluarga yang rentan, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, yang dianggap tercela karena pernah berafiliasi dengan ISIS.
Pekerja bantuan pada Selasa mengatakan mereka dilarang masuk ke kamp oleh pasukan keamanan, dan sejumlah penduduk diusir setelah diberi pemberitahuan untuk meninggalkan kamp dalam dua hari. Seorang koresponden kantor berita Associated Press yang berusaha mencapai kamp mendapati bahwa kamp itu dikjaga oleh petugas keamanan dengan ketat dan dia tidak diizinkan untuk masuk ke dalam kompleks tersebut. [lt/rs]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia