Populasi India sebesar 1,4 miliar jiwa akan segera menyalip China, menurut para ahli demografi, yang belum tahu pasti kapan hal itu akan terjadi atau justru sudah terjadi.
Semakin banyak penduduk India, semakin banyak angkatan kerja negara itu dan mungkin semakin baik juga pertumbuhan ekonominya.
Pada tahun 2000, India menyambut kehadiran penduduknya yang ke-satu miliar, yang adalah seorang bayi perempuan.
Lebih dari 20 tahun kemudian, populasi negara itu diperkirakan akan melampaui populasi China, negara dengan populasi terbesar di dunia sejak PBB mulai melakukan pencatatan tahun 1950.
Para ahli demografi tidak yakin kapan tepatnya India akan membalap China sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, karena mereka bergantung pada perkiraan untuk membuat penilaian terbaik.
Tapi mereka tahu hal itu akan segera terjadi atau justru sudah terjadi. Baik China maupun India sama-sama memiliki penduduk berjumlah lebih dari 1,4 miliar jiwa. Jika digabungkan, jumlahnya lebih dari sepertiga penduduk dunia yang berjumlah 8 miliar jiwa.
Tim Dyson, profesor emeritus studi populasi di LSE, mengatakan,“Penjelasan sederhananya, tingkat kelahiran masih jauh lebih tinggi daripada tingkat kematiannya. Jadi, populasi India saat ini kemungkinan tumbuh sedikit di bawah satu persen per tahun, sedangkan populasi China tumbuh pada yah, kami tidak tahu persis, tapi mungkin sekitar 0,2 persen per tahun. Populasi China akan segera semakin mengecil seiring waktu, sementara populasi India mungkin akan terus meningkat hingga sekitar pertengahan abad.”
Perhitungan matematika dari sejumlah survei serta catatan kelahiran dan kematian memperkirakan India akan mengejar China pada pertengahan April 2023.
Akan tetapi para ahli demografi memperingatkan bahwa perkiraan itu masih belum pasti mengingat angkanya yang belum jelas dan masih bisa direvisi.
Beberapa saat yang lalu, India masih diperkirakan akan menjadi negara dengan penduduk terbanyak di dunia pada akhir dekade ini.
Namun linimasa itu dipercepat akibat angka kelahiran China yang anjlok, di mana keluarga memilih untuk membangun rumah tangga dengan lebih sedikit anak.
China memiliki populasi yang menua dengan pertumbuhan yang stagnan, bahkan setelah pemerintahnya mencabut kebijakan satu anak tujuh tahun lalu. Dua tahun lalu, Beijing memperbolehkan keluarga memiliki tiga anak.
Kembali, Tim Dyson, “Pada tahun 1970-an, China bergeser dari memiliki angka kelahiran yang tinggi, hampir mendekati lima-enam kelahiran per perempuan, ke tingkat kelahiran yang rendah, mendekati dua kelahiran per perempuan. Mereka melakukan hal itu dalam kurun waktu kurang dari satu dekade. Cukup luar biasa. Di sisi lain, pada tahun 1970-an India memiliki tingkat kelahiran total enam kelahiran per perempuan dan baru sekarang mencapai angka dua kelahiran per perempuan.”
Data populasi kedua negara didasarkan pada hasil sensus penduduk yang dilakkan setiap sepuluh tahun sekali.
Sensus terakhir China dilakukan tahun 2020. Para ahli demografi menggunakan catatan kelahiran dan kematian, serta data administrasi lainnya untuk menghitung pertumbuhan populasi sejak saat itu.
Sementara India terakhir kali melakukan sensus pada 2011. Pandemi COVID-19 menunda sensus tahun 2021. Tanpa perhitungan nyata dari pintu ke pintu selama lebih dari satu dekade, survei sampel penduduk telah membantu para ahli demografi dan India sendiri untuk memahami populasinya.
“Mungkin akan ada tambahan sekitar 200 juta orang di India antara sekarang dan pertengahan abad ini. Pertumbuhan penduduk di mana pun akan berdampak pada dunia. Itu yang terjadi di China, di mana terjadi pertumbuhan penduduk yang besar terlepas dari banyaknya usaha untuk mengurangi tingkat kelahiran. Sementara untuk India, untungnya, standar kehidupan akan terus berkembang. Demikian juga emisi karbon per orangnya.”
Di Inggris, lebih dari 1,8 juta orang berketurunan India, menurut sensus tahun 2021.
Di Kuil Neasden, kuil kelompok Hindu BAPS, di London, para sukarelawan mengatakan bahwa statistic itu memiliki makna lebih dalam. Salah satunya disampaikan Nita Patel, “Ya, itu saja sudah menjadi sebuah statistik. Tapi yang lebih penting adalah kontribusi yang diberikan oleh pertumbuhan penduduk, bukan hanya bagi India, tapi juga dunia. Misalnya, setelah tinggal dan memiliki anak yang lahir dan tumbuh besar di sini, (di Inggris), saya merasa menjadi anggota masyarakat yang berharga dan berkontribusi. Itu kuncinya.”
India memiliki populasi yang jauh lebih muda, tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan penurunan angka kematian bayi selama tiga dekade terakhir.
Dampaknya bukan sekadar titel sebagai negara paling banyak penduduknya di dunia, tapi juga terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.
Di India, hal itu berarti tumbuhnya angkatan kerja dan pertumbuhan yang dapat memancing kegiatan ekonomi.
Di China, itu berarti semakin sedikitnya penduduk dewasa produktif untuk menopang populasi yang menua. [rd/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia