Oleh: Dillon Amaya, National Oceanic and Atmospheric Administration
Hembusan angin sepanjang Samudra Pasifik semakin lemah. Panas mulai merembes ke bawah permukaan laut. El Nino yang membawa udara kering ke bumi akan tiba.
Pada Juli nanti, hampir seluruh pemodelan memprediksi bahwa raksasa dalam sistem iklim bumi, El Nino, akan kembali setelah empat tahun bersembunyi.
El Nino adalah sisi lain dari ‘koin iklim’ bernama El Niño-Southern Oscillation, atau ENSO. Sisi lainnya adalah La Nina yang membawa iklim basah ke bumi.
Selama El Nino, hamparan lautan yang membentang sekitar 10 ribu kilometer ke arah barat lepas pantai Ekuador akan menghangat selama berbulan-bulan. Kenaikan suhunya mencapai sekitar 1 hingga 2 °C.
Sepintas angka di atas terasa kecil. Namun, sebenarnya angka itu lebih dari cukup untuk merombak pola angin, curah hujan, dan suhu di seluruh planet.
Saya adalah ilmuwan iklim yang mempelajari lautan. Setelah tiga tahun berturut-turut bumi dilanda La Nina, saatnya kita bersiap menghadapi dampak yang dapat disebabkan oleh El Nino.
Bagaimana dampak El Nino terhadap bumi?
Setiap kejadian El Nino pasti berbeda satu sama lain. Walau begitu, kita sudah bisa memprediksi apa yang mungkin terjadi.
Orang-orang cenderung berfokus pada dampak El Nino terhadap daratan. Fokus ini bisa dibenarkan karena udara hangat mempengaruhi aliran udara. Akibatnya, beberapa kawasan bisa lebih kering atau bahkan lebih basah dari biasanya.
El Nino bahkan memperkuat kejadian badai, seperti di wilayah selatan Amerika Serikat, sekaligus meredam amukan cuaca dari Atlantik.
El Nino juga dapat memporak-porandakan banyak ekosistem laut seperti terumbu karang maupun padang lamun yang menyokong sektor perikanan global.
Secara khusus, El Nino dapat menciptakan gelombang panas laut ekstrem secara intens dan lama. Hal ini dapat memperparah pemanasan suhu laut global yang sudah mencapai rekor tertinggi. Karena itu, gelombang panas akibat El Nino bisa membawa sektor perikanan (yang sensitif terhadap cuaca) ke ujung tanduk.
Petaka dari gelombang panas laut
Gelombang panas laut adalah “gelombang” panas ekstrem yang terjadi di laut, mirip seperti yang terjadi di daratan.
Dampaknya tak bisa diremehkan. Gelombang berskala kecil saja bisa menghangatkan air laut di sekitar teluk kecil maupun besar selama beberapa hari ataupun pekan.
Sedangkan dampak gelombang berskala besar seperti Northeast Pacific Warm Blob pada 2013-2014 bisa memanaskan air laut hingga 2-3 °C di atas rata-rata selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Gelombangnya sangat besar, dengan jangkauan setara tiga kali luas wilayah Texas.
Air laut yang menghangat mungkin tak terlihat seperti masalah besar, khususnya bagi peselancar yang tak ingin menggunakan baju. Namun, bagi banyak makhluk laut yang hanya hidup di suhu tertentu, gelombang panas laut dapat membuat mereka ‘gerah’ seperti habis lari maraton.
Beberapa jenis ikan, misalnya, bisa mati karena metabolisme yang meningkat saat air menghangat. Proses ini menghabiskan energi lebih cepat dari kemampuan ikan ini melahap mangsa.
Ikan kod pasifik menjadi contoh. Populasi spesies ini berkurang hingga 70% di Teluk Alaska karena terkena gelombang panas laut.
Selain membahayakan ikan, gelombang panas laut juga memutihkan karang, mengakibatkan ledakan alga berbahaya, merusak rumput laut, dan meningkatkan risiko hewan terdampar. Kerugian akibat gelombang panas laut bisa mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahun.
Gelombang panas laut dapat menjadi pemicu berbagai kejadian lainnya di laut.. Terkadang arus laut menggeser arus laut hangat. Angin permukaan bisa lebih lemah dari biasanya, sehingga mengurangi penguapan air dari laut (evaporasi) ataupun perairan lainnya.
Suatu area juga bisa tidak terlalu mendung selama beberapa bulan, sehingga memungkinkan lebih banyak sinar matahari masuk dan memanaskan lautan. Terkadang angin yang lebih lemah dan lebih sedikit awan terjadi pada saat yang sama, menghasilkan gelombang panas laut yang memecahkan rekor.
Efek El Nino yang beragam
El Nino adalah ‘raja’ dalam sistem iklim bumi. Saat El Nino tiba, seisi Bumi akan terimbas, termasuk juga lautan.
Walau begitu, kemungkinan peningkatan gelombang panas karena El Nino akan bergantung di mana kamu berada.
Di sepanjang Pantai Barat Amerika Serikat, angin permukaan yang biasa berhembus dari utara akan melemah selama El Nino. Hal ini turut meredam evaporasi dan memperlambat aliran air dingin dari bawah laut ke arah permukaan (upwelling). Kejadian ini meningkatkan peluang gelombang panas laut di kawasan pesisir.
Berabad-abad silam, para nelayan Peru telah menghitung periode pemanasan laut ekstrem yang membuat ikan-ikan kabur. Pada dekade 1920-an para ilmuwan baru menyadari gelombang panas laut di Amerika Selatan ini terkait dengan ENSO di kawasan Pasifik.
Di Teluk Benggala, sebelah timur India, interaksi El Nino dengan aliran udara tropis (disebut juga Walker Circulation) juga meningkatkan risiko gelombang panas laut.
Risiko menghantui di dasar laut
Sekalipun gelombang panas lebih terasa di permukaan laut tahun ini, area bawah laut pun tidak akan baik-baik saja.
Dalam studi terbaru, saya bersama kolega menunjukkan bahwa gelombang panas laut juga terjadi di dasar laut kawasan pesisir.
Faktanya, gelombang panas bawah laut terkadang lebih intens dibandingkan di permukaan. Gelombang ini juga bisa bertahan lebih lama. Contohnya, gelombang panas bawah laut selama 1997-1998 di Pantai Barat Amerika Serikat berlangsung 4-5 bulan lebih lama dibandingkan temperatur di bagian permukaan laut.
Kejadian yang dapat berhubungan dengan El Nino ini dapat menimbulkan tekanan bagi makhluk dasar laut. Stok kepiting salju di Laut Bering misalnya, yang anjlok 84% pada 2018 kala gelombang panas mencapai dasar laut.
Bersiap menghadapi gelombang panas
El Nino di depan mata. Apa yang akan terjadi tahun ini?
Kabar baiknya, model peramalan musim bisa memprediksi gelombang panas laut lebih baik, sekitar 3-6 bulan sebelumnya, tergantung lokasinya. Sepanjang tahun El Nino, ramalan ini cenderung lebih akurat.
Ramalan terbaru memprediksi beberapa gelombang panas aktif bertahan selama Juni-Agustus, seperti di Pasifik Utara, lepas pantai Peru, sebelah tenggara Selandia Baru, dan kawasan tropis di Atlantik Utara.
Ramalan yang sama juga memprediksi El Nino akan menguat pada 6-9 bulan mendatang. Ini meningkatkan risiko gelombang panas selama Januari-Maret 2024 di Pantai Barat Amerika Serikat, Samudra India sebelah barat, Teluk Benggala, dan kawasan tropis Atlantik Utara.
Prediksi ini mungkin bisa berubah. Waktulah yang akan menjawab apakah gelombang ini akan membawa uap panas. Setidaknya kita sudah mengetahuinya dan waspada menunggu datangnya El Nino.
Dillon Amaya, Climate Research Scientist, National Oceanic and Atmospheric Administration
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.