ZONAUTARA.com – Hais Abdjul yang sudah berusia 62 tahun memilih tinggal di rumah gua yang dibangunnya sendiri, daripada tinggal di rumah permanen sebagaimana umumnya.
“Lebih tenteram dan damai,” ujarnya Hais saat ditemui Zonautara.com, Sabtu (30/9/2023).
Hais yang juga biasa disapa Opa Hais (kakek) itu bisa ditemui di Desa Kema 3, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara. Letak rumahnya menarik pandangan mata pelintas yang sedang melintasi rute perjalanan pesisir Minahasa Utara di bagian Selatan.
Opa Hais membangun rumah guanya karena terinspirasi dari lokasi underground yang dibangun oleh perusahaan tambang emas raksasa di Tembagapura, Papua. Hais pernah bekerja di sana.
“Setelah berhenti kerja, saya mencoba membangun rumah gua ini,” cerita Hais.
Rumah gua itu dibangun Opa Hais di bawah bukit dengan stuktur tanah yang keras. Bukit itu merupakan tanah warisan keluarga Opa Hais.
Dalam mengerjakan rumah gua tersebut, Opa Hais menggunakan betel untuk melubangi tanah. Dia secara perlahan-lahan melubangi tanah, memahatnya hingga berbentuk ruangan-ruangan sebagaimana layaknya ruangan sebuah rumah.
Terdapat beberapa ruangan dalam rumah gua tersebut. Zonautara.com diajak berkeliling rumah gua tersebat. Di bagian depan ada ruang tamu yang menyatu dengan ruang tidur. Ada sebuah tempat tidur yang diletakkan di ruangan tersebut.
Sehari-hari Opa Hais tinggal di rumah gua tersebut, yang juga memiliki bagian tengah, dapur dan teras belakang. Meski saat ini ruang dapur sudah tidak digunakan lagi oleh Opa Hais, namun masih nampak jelas fungsinya.
“Sekarang sudah tidak masak lagi, ada keluarga yang datang antar makanan atau saya yang pergi makan ke rumah mereka,” jelas Hais.
Seluruh bagian dari bangunan rumah gua yang didirikan Opa Hais ini merupakan bagian dari bukit yang dipahatnya. Termasuk bagian jendela dan pintu, rak dan tangga.
“Saya memperhatikan juga sirkulai udara untuk mencegah penyakit paru-paru basah,” kata Hais, saat ditanya apakah tidak khawatir terkena penyakit paru-paru.
Opa Hais mengaku sudah tinggal di rumah guanya sejak tahun 2005, saat pertama kali dia mencoba memanfaatkan bukit tersebut untuk tempat tinggal. Dia tinggal sendiri di rumah yang nampak unik tersebut.
Tidak terhitung lagi berapa banyak orang yang datang mengunjungi rumah guanya. Hais berharap tempat tinggalnya yang unik mendapat sentuhan agar bisa menjadi objek wisata yang layak.
Sehari-hari Opa Hais adalah nelayan. Jika malam dia turun melaut, mencari ikan untuk menopang hidupnya.
“Tapi sekarang lagi istirahat. Angin Selatan bertiup kencang, ombak tinggi,” ujar Hais.