Tiga mahasiswa itu ditembak dan terluka pada Sabtu (25/11), ketika mereka berjalan di dekat kampus Universitas Vermont. Jason Eaton, pria berumur 48 tahun kemudian ditangkap pada Minggu, dan dihadapkan ke pengadilan secara singkat dari tahanannya pada Senin. Dia didakwa dengan tiga tuduhan percobaan pembunuhan. Departemen Kehakiman AS dan para petugas negara bagian juga melakukan penyelidikan terkait apakah penembakan ini adalah kejahatan berbasis kebencian.
Kepala Polisi Burlington, Jon Murad mengatakan kepada para wartawan bahwa Eaton pindah ke Burlington pada musim panas lalu dan membeli senjata secara resmi. Menurut pernyataan tertulis dari kepolisian, agen-agen federal telah menemukan senjata di apartemen Eaton pada Minggu. Dia menolak untuk mengidentifikasi diri tetapi keluar melalui pintu apartemen sambil mengangkat tangan dan mengatakan kepada para petugas, bahwa dirinya telah menunggu mereka.
Tiga pria itu, semua berusia 20 tahun, melewatkan hari libur Thanksgiving mereka di Burlington, dan berjalan-jalan di sela kunjungan ke rumah salah satu kerabat korban, ketika mereka kemudian diserang oleh pria kulit putih bersenjata, kata polisi.
“Ketiganya menyatakan bahwa pelaku tidak berkomentar apapun kepada mereka dan begitu saja mendekati mereka ketika mereka sedang berjalan, yang pada dasarnya tidak campur tangan dalam urusan orang lain,” kata Murad.
Dua orang tertembak di bagian perut, dan satunya tertembak di bagian bawah tubuhnya.
Dua korban berada dalam kondisi stabil, sedangkan satu menderita luka-luka yang lebih serius, tambah Murad.
The Istitute for Middle East Understanding, dalam pernyataan dari keluarga para korban di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, mengidengtifikasi ketiga orang itu sebagai Hisham Awartani, Kinnan Abdalhamid, dan Tahseen Ali Ahmad.
“Kami sangat prihatin dengan keamanan dan keselamatan anak-anak kami,” kata pernyataan itu. “Kami meminta penegakan hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, termasuk menangani ini sebagai kejahatan berbasis kebencian. Kami tidak akan merasa nyaman hingga penembak ini dibawa ke pengadilan,” tambah organisasi itu dalam pernyataannya.
Tiga orang ini berada di rumah milik nenek Awartani untuk merayakan Thanksgiving, kata Awartani kepada polisi. Mereka pergi bermain bowling dan sedang berjalan pulang ketika pelaku berjalan ke arah mereka, menarik senjatanya dan mulai menembak, tambah Awartani.
Korban kedua mengatakan kepada polisi bahwa dia melihat seorang laki-laki memperhatikan mereka dari teras rumah berwarna putih. Abdalhamid mengatakan kepada polisi, bahwa pria itu turun dari tangga dan kemudian menarik pistolnya.
Rich Price, paman Awartani mengatakan bahwa pelaku itu menembak korban tanpa mengatakan apapun, dan bahwa keluarga menduga mereka adalah target dari kejahatan berbasis kebencian.
“Ketakutan keluarga adalah bahwa ini dimotivasi oleh kebencian, bahwa ketiga anak muda ini memang ditarget karena mereka keturunan Arab,” kata Price.
Dua dari korban adalah warga negara Amerika Serikat, dan korban ketiga berada di AS dengan ijin resmi. Dua dari tiga pemuda ini juga memakai syal berwarna hitam putih khas Palestina, keffiyeh, kata Murad.
Berbicara dalam konferensi pers, Sarah George, jaksa negara bagian mengatakan bahwa para petugas penegakan hukum belum memiliki bukti untuk mendukung peningkatan kasus ini menjadi kejahatan berbasis kebencian, di mana di bawah undang-undang di Vermont, harus dibuktikan melalui pembuktian tanpa keraguan. Namun, kata dia, “Saya ingin memperjelas, tidak perlu dipertanyakan di sini, bahwa ini adalah tindakan kebencian.
Murad mengulangi apa yang disampaikan George, ketika membicarakan apakah ini merupakan kejahatan berbasis kebencian.
“Apakah ini kejahatan berbasis kebencian atau tidak menurut hukum, ini adalah tindakan kebencian. Ini adalah salah satu tindakan yang kita benci,” ujarnya.
“Jika ada seseorang berjalan keluar dari teras rumahnya, dan menyerang tiga orang yang lewat secara acak untuk alasan apapun, dia telah memperlihatkan bentuk kebencian,” tambah Murad.
Wali kota Burlington Miro Weinberger menyebut ini sebagai salah satu peristiwa paling mengejutkan dan paling mengganggu dalam sejarah kota tersebut.
“Serangan mengerikan yang datang tanpa provokasi adalah pelanggaran tragis dari nilai-nilai dan karakter dari komunitas yang ramah dan inklusif ini,” ujar dia.
Terpisah, Jaksa Agung Amerika Serikat Merrick Garland juga mengomentari peristiwa ini.
“Bahkan, saat kita membicarakan ini, ATF (Biro Alkohol, Tembakau Senjata Api dan Bahan Peledak) dan FBI (Biro Investigasi Federal) sedang menyelidiki penembakan tragis terhadap tiga pria keturunan Palestina di Vermont. Penyelidikan ini, termasuk apakah ini adalah kejahatan berbasis kebencian, sedang berlangsung. Kabar terbaru terkait penyelidikan oleh petugas-petugas penegak hukum di Vermont, akan segera disampaikan,” kata Garland, Selasa 28 November 2023.
Penembakan ini terjadi menyusul tren naiknya ancaman yang ditujukan pada komunitas Yahudi, Muslim dan Arab, sejak awal perang Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu. [ns/lt]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia