ZONAUTARA.com – Isu tentang carbon capture storage beberapa pekan terakhir ramai diperbincangkan, usai debat Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Desember 2023. Namun Team Lead Interim 350.org, Firdaus Cahyadi mengingatkan agar para calon presiden dan wakil presiden tidak membelokan dukungan mereka menjadi dukungan palsu.
“Para calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) mulai memperlihatkan ketertarikannya dalam isu krisis iklim dalam dua debat perdananya. Di satu sisi ini menggembirakan, namun di sisi lain juga mengkuatirkan karena bisa dibelokan untuk mendukung solusi palsu transisi energi saat mereka terpilih menjadi presiden,” tulis Firdaus dalam rilis yang diterima oleh Zonautara.com.
Salah satu solusi palsu transisi energi itu, lanjut Firdaus, adalah penggunaan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).
CCS, jelas Firdaus, merupakan salah satu teknologi yang diklaim mampu memitigasi Gas Rumah Kaca (GRK), penyebab krisis iklim, dengan cara mengurangi emisi karbon dioksida ke atmosfer.
“Apabila ditelisik lebih jauh lagi, CCS merupakan solusi palsu transisi energi karena penggunaan CCS akan memperpanjang penggunaan energi fosil. Akibatnya, penggunaan teknologi CCS ini akan menghalangi pengembangan energi terbarukan,” jelasnya.
Bukan hanya itu, menurut Firdaus Cahyadi, CCS sejatinya juga masih menghasilkan emisi GRK. CCS menghasilkan emisinya sendiri, yang sering tidak diperhitungkan karena energi yang dikonsumsi dalam proses penangkapan.
“Laporan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga mengungkapkan bahwa kemampuan CCS untuk memberikan pengurangan emisi yang berarti dalam dekade berikutnya sangatlah rendah, sementara biayanya akan sangat tinggi,” jelas Firdaus.
Dengan biaya yang tinggi itu, menurut Firdaus, harusnya investasinya langsung diarahkan ke pengembangan energi terbarukan.
“Ironisnya, pada November lalu, beberapa media massa mengabarkan bahwa Presiden Jokowi telah menemui bos perusahaan migas multi-nasional asal Amerika Serikat yang berniat membangun kilang petrokimia dan CCS di Indonesia. Presiden Jokowi harusnya paham bahwa CCS adalah solusi palsu transisi energi, jangan hanya karena silau dengan uang trilyunan rupiah, menutup mata dampak buruknya terhadap pengembangan energi terbarukan secara keseluruhan,” tegasnya.
Firdaus Cahyadi, menghimbau agar para capres dan cawapres waspada dengan solusi palsu CCS ini. Dia menyarankan agar Capres 2024 tidak perlu mengikuti jejak Presiden Jokowi mengapresiasi CCS dengan cara menemui petinggi perusahaan minyak yang akan berinvestasi di Indonesia.
“Komitmen kuat terhadap penanganan krisis iklim melalui pengembangan energi terbarukan lebih penting daripada menerima investasi solusi palsu transisi energi seperti CCS,” tegasnya.