ZONAUTARA.com – Pada akhir Maret 2024, Duncan Lennox, Vice President dan General Manager Ads Privacy and Safety Google, mengungkapkan bahwa iklan-iklan yang menjanjikan kekayaan dengan cepat semakin canggih dalam pendekatan mereka.
Pelaku di balik iklan semacam itu terus mengubah strategi mereka, seringkali menciptakan iklan yang menyerupai layanan atau produk keuangan resmi, seperti investasi atau aset kripto. Tujuan mereka tetap sama: menipu pengguna.
Menurut Duncan, meskipun model teknologi machine learning tradisional telah dilatih untuk mendeteksi pelanggaran semacam itu, tren iklan keuangan yang cepat berubah membuatnya sulit untuk membedakan antara iklan yang sah dan yang palsu.
Google, dalam laporan bertajuk Ads Safety Report 2023, mengklaim telah menghentikan 5,5 miliar iklan negatif sepanjang tahun tersebut, dengan 273,4 juta di antaranya berkaitan dengan layanan keuangan, termasuk iklan ‘cara cepat menjadi kaya’.
Google melaporkan bahwa mereka melakukan pembatasan iklan karena konten yang sensitif secara hukum atau budaya, dengan total 6,9 miliar iklan dibatasi penayangannya sepanjang 2023. Iklan terkait layanan keuangan juga mendominasi dalam hal pembatasan, mencapai 282 juta iklan.
Duncan menjelaskan bahwa tim keamanan Google telah menggunakan sistem machine learning yang didukung kecerdasan buatan untuk menegakkan kebijakan pengiklan dan penayangan secara besar-besaran.
Google juga mulai memanfaatkan kemampuan algoritma kecerdasan buatan large language model (LLM) untuk mengidentifikasi tren baru dalam iklan layanan keuangan dan membedakan bisnis sah dari penipuan cepat kaya.
Permasalahan iklan ‘cara cepat menjadi kaya’ bukanlah hal baru dan telah menjadi perbincangan di platform seperti Quora sejak beberapa tahun lalu. Pengguna seperti Dharanesvar dari India telah berbagi pengalaman tentang iklan semacam itu yang sering kali berujung pada penipuan.
Menanggapi fenomena ini, Managing Partner Inventure, Yuswohady, dikutip dari Kompas.id menyatakan bahwa iklan yang menjanjikan kekayaan dengan cepat selalu memiliki rating atau monetisasi yang tinggi.
Meskipun diskusi dan kritik terhadap unggahan pamer kekayaan atau iklan ‘cara cepat menjadi kaya’ mungkin muncul, hal tersebut tidak akan berlangsung lama karena masih ada pasarnya.
Pemerhati budaya dan komunikasi digital, Firman Kurniawan, menjelaskan bahwa promosi ‘cara cepat menjadi kaya’ biasanya menargetkan generasi milenial dan Z yang cenderung menyukai hal-hal instan. Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat, di mana survei menunjukkan bahwa banyak dari generasi tersebut memiliki obsesi untuk menjadi kaya.
Meskipun platform seperti Google telah membuat kebijakan pengiklan dan penayangan, solusi yang lebih efektif mungkin adalah menciptakan budaya alternatif yang lebih mendukung, dengan menyebarkan konten edukatif yang menekankan pentingnya kerja keras dalam mencapai kesuksesan finansial.
Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies, Nailul Huda, iklan ‘cara cepat menjadi kaya’ seringkali muncul menjelang peristiwa khusus dalam masyarakat, seperti Lebaran di Indonesia.
Iklan semacam itu menyasar mereka yang membutuhkan penghasilan tambahan, terutama mereka yang minim literasi keuangan namun adaptif terhadap teknologi.
Dalam menghadapi fenomena ini, langkah-langkah untuk meningkatkan literasi keuangan dan mengedukasi masyarakat tentang risiko iklan ‘cara cepat menjadi kaya’ yang seringkali menyesatkan menjadi semakin penting di era digital saat ini.