MANADO, ZONAUTARA.com – Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Sulawesi Utara bekerja sama dengan RS Jiwa Prof. Dr. V.L Ratumbuysang menyelenggarakan kegiatan Peer Support Family Gathering untuk pasien dan keluarga pasien gangguan jiwa.
Acara ini mengusung tema “Mengenal Skizofrenia: Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Mendukung Pemulihan” sebagai bagian dari Program Piloting Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Program ini diinisiasi oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.
Acara yang diikuti oleh 60 Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan keluarganya ini dibuka oleh Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Jiwa Prof. Dr. V.L Ratumbuysang, Ns Markus Wangania, S.Kep.
Turut hadir dalam acara ini Tim Piloting Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat dari Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, serta perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado.
Bagus Hargo Utomo, Pendiri dan Ketua KPSI, menyatakan, sejak berdiri tahun 2009 saat grup Facebook Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) dibuat dan hingga saat ini telah memiliki sekitar 90.000 anggota, KPSI sebagai komunitas dukungan (support group) bagi Orang Dengan Skizofrenia dan keluarga yang merawatnya terus konsisten berupaya mengedukasi, mengadvokasi dan mengkampanyekan pentingnya kesehatan jiwa.
“Oleh karena itu, kami pun peduli untuk mendukung pemerintah bersama-sama melaksanakan Program Piloting Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara,” ucapnya, Kamis, 18 Juli 2024.
Kegiatan dimulai dengan sesi psikoedukasi yang disampaikan oleh dr. Linny Liando, Sp.KJ(K), Psikiater Anak RS Jiwa Prof. Dr. V.L Ratumbuysang. Dr. Linny mengajak peserta untuk mengenal Skizofrenia, sebuah gangguan jiwa yang ditandai ketidakmampuan seseorang dalam menilai realita, sehingga berdampak pada gangguan pekerjaan, relasi, dan produktivitas jika tidak diterapi.
Ia menjelaskan bahwa terapi Skizofrenia mencakup Psikofarmaka (obat-obatan), Psikoterapi, Rehabilitasi, dan Dukungan Psikososial. “Tujuannya agar mengembalikan penderita Skizofrenia ke lingkungan (keluarga dan masyarakat) dengan kualitas fungsi setinggi mungkin, meningkatkan kapabilitas dan kemandirian, dan berpartisipasi aktif,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam memberikan pengertian, kesabaran, dan dukungan kepada pasien Skizofrenia.
Kegiatan dilanjutkan dengan testimoni dari Osse Kiki, Penyintas Skizofrenia, yang menceritakan perjalanan pemulihannya sejak didiagnosa pada tahun 2008.
Ia menekankan pentingnya dukungan keluarga dan komunitas dalam proses pemulihannya.
“Mengalami gangguan jiwa atau Skizofrenia bukanlah berarti hidup kita berakhir, namun bisa jadi merupakan suatu awal kehidupan baru. Ketika pulih kita menemukan kembali potensi, nilai-nilai, makna dan tujuan hidup kita serta menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan menjadi berkat bagi banyak orang,” pesan Kiki.
Testimoni dari keluarga disampaikan oleh Ronald Lewu, yang merawat adik laki-lakinya yang mengalami Skizofrenia. Ronald menceritakan tantangan dalam merawat adiknya dan pentingnya dukungan komunitas seperti KPSI.
Ia mengajak keluarga pasien lainnya untuk bergabung dengan KPSI untuk mendapatkan dukungan dan saling berbagi pengalaman.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat organisasi KPSI Simpul Sulawesi Utara, yang secara resmi dibentuk sebagai wadah bagi Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan keluarganya.
Diharapkan semakin banyak ODS yang mencapai pemulihan dan keluarganya memiliki sistem dukungan yang kuat.
Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI),
Bagus Hargo Utomo