ZONAUTARA.com – Di tengah hiruk-pikuk proses Pilkada yang diwarnai dengan pemeriksaan kesehatan para bakal calon kepala daerah di RSUP Prof. Kandou Manado, terdapat kisah-kisah lain yang jarang terdengar, seperti yang dialami oleh keluarga pasien yang sedang berjuang di rumah sakit ini.
Di siang hari itu, tim ZONAUTARA.com, di balik kesibukan meliput momen pemeriksaan kesehatan ini, mencoba bertemu dengan beberapa keluarga pasien yang tengah ada di rumah sakit menjaga keluarga yang sakit.
Kami bertemu dengan Berneci Samade seorang perempuan yang merupakan warga asal Talaud, salah satu Kabupaten yang berada di ujung utara dan berjarak dekat negara Filipina.
Berneci mengaku sudah dua minggu berada di rumah sakit bersama dengan tiga orang saudara lainnya, untuk menjaga saudara mereka yang sakit.
“Ibu punya om yang sakit, itu ibu punya mama punya kaka,” ujar Berneci saat diwawancari oleh tim zonuatara.com di samping ruangan Irina A, pada 31 Agustus 2024.
Kesulitan sehari-hari di rumah sakit: Larangan menjemur pakaian hingga keterbatasan fasilitas
Berneci datang ke manado menggunakan kapal laut, ia dan saudara-saudaranya harus bergantian masuk ke ruangan pasien untuk bergantian menjaga om yang sakit ini.
Sudah dua minggu di rumah sakit, berneci mengaku sebenarnya sudah ingin pulang ke Talaud. Ia merasa kesulitan apalagi berbicara tentang persoalan biaya sehari-hari.
“Pengeluaran torang hari-hari juga berasa walau ada BPJS, setengah mati apalagi kalau kami dari Talaud jauh. Jika dihitung-hitung lebih banyak pengeluaran hari-hari dari pada BPJS. Makan hari-hari saja 1 orang 25ribu beli air termos 2 kali 10ribu, ini masuk dari 14 agustus sampai sekarang di sini,” ujar Berneci.
Berneci memang memiliki keluarga yang tinggal di daratan Manado, tapi rumah tinggal keluarganya jauh dari RSUP Prof. Kandou Manado.
“Keluarga ada tapi jauh semua. Jadi kasihan harus datang dan ganti kendaraan berapa kali juga. Dari pada buang-buang uang. Lebih baik saya bilang tidak usah ke sini,” kata Berneci dengan nada pelan.
Peraturan rumah sakit yang hanya mengizinkan satu orang penjaga menemani pasien, membuat Berneci dan saudaranya harus memilih tidur di teras samping ruangan Irina A.
Beralaskan tikar dan beberapa barang-barang keperluan lainnya yang sempat dibeli juga diletakan berdekatan.
“Iya kami cuman di luar begini, Selama dua minggu tidak ke mana-mana, di rumah sakit saja,” jelasnya.
Tak hanya Berneci, beberapa keluarga pasien yang datang juga terlihat banyak yang memilih untuk menempati teras samping ruangan Irina ini sebagai tempat istirahat.
Untuk kebutuhan mandi Berneci dan beberapa keluarga pasien juga memilih untuk mandi di toilet rumah sakit.
Namun, beberapa larangan yang ada juga ternyata membuat Berneci kesulitan. Salah satunya yaitu dilarang menjemur baju.
Menurut Berneci, security yang berkeliling memantau sering menegur mereka agar tidak melakukan aktivitas menjemur baju di halaman rumah sakit.
“Dulu pernah gantung pakaian buat jemur pakai tali, security yang kasih putus. Tidak boleh jemur katanya, karena aturan rumah sakit tidak boleh. Jadi kami yang pasien jauh mengeluh. Torang setengah mati dang, tidak boleh cuci baju, terus torang pake apa kalau tidak ada baju, masa pakai baju kotor,” ungkap Berneci dengan nada keluh.
Walaupun begitu Berneci tetap memilih untuk menjemur baju yang ia cuci dari toilet rumah sakit walaupun harus menerima teguran security ia pun memilih cara dengan meletakan baju di atas tikar dan di atas rumput.
Harapan di tengah Pilkada: Suara rakyat kecil untuk pemimpin yang peduli
Sebelumnya para keluarga yang menjaga pasien ini, diberikan saran agar membawa pakaian ke jasa laundry. Namun, keluhan Berneci tentang biaya dari laundry membuatnya tidak punya pilihan lain selain melanggar aturan rumah sakit.
“Kami diminta suruh laundry, tidak boleh jemur baju. Jadi kami bilang, terus baru torang pe uang makan, baru ngoni suruh torang ba laundry, torang kan mengeluh karena torang pasien jauh. Tapi juga diabaikan,” ungkapnya.
Melinda Rumorong anak muda yang juga kami temui saat itu sedang duduk di bagian sisi paling ujung dari teras samping ruangan Irina.
Berbeda dari Berneci, Melinda sendiri baru tiba di RSUP Prof. Kandou Manado sehari sebelumnya.
Ia tiba bersama sepupu dan tantenya membawa omnya yang sakit dengan mobil ambulance dari RSU ODSK Manado dirujuk ke RSUP Prof. Kandou Manado, pada 30 Agustus 2024, pukul 22:00 Wita.
Sejak tiba malam itu, Melinda dan sepupu perempuannya juga tidur beralaskan tikar di teras samping.
Kedua anak muda ini sudah bersama selama tiga hari di rumah sakit sebelumnya dan terus ada bersama keluarga untuk menemani pasien.
Melinda yang masih memiliki saudara dekat dengan area rumah sakit, masih terlihat lebih dimudahkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa saudara juga datang berkunjung.
“Ada saudara juga sering antar makan, tapi kalau terlambat, Biasanya kami beli juga, karena kalau sudah lapar tidak mungkin ditahan,” ungkap Melinda.
Melinda yang baru sehari di rumah sakit Kandou Manado ini, mengungkapkan masih belum dapat memastikan kapan dirinya bisa keluar.
Pihak keluarganya masih menunggu untuk hasil pemeriksaan laboratirum dari om Melinda.
Sedangkan di lain sisi Berneci, sempat mengeluh ingin segera pulang karena sulit untuk beraktivitas di rumah sakit.
“Iya sudah ingin balik juga. Mudah-mudahan cepat supaya kami tidak lebih lama dan sudah siksa juga di sini. Kalau panas masih bagus, kalau hujan siksa,” ujarnya.
Proses pemeriksaan kesehatan calon kepala daerah yang sudah berlangsung sejak 29 Agustus ini juga diketahui baik oleh Melinda dan Berneci.
Melinda yang berusia 26 tahun seorang gen z, tidak berkomentar tentang hal ini. Ia memilih tidak menanggapi terkait isu politik dan pilkada.
Namun, Berneci perempuan berusia 43 tahun ini sempat bersuara terkait harapannya pada pemilihan calon kepala daerah saat ini.
Baginya pemimpin setidaknya harus bisa memiliki program dengan memperhatikan masyarakat kecil.
“Program atau janji itu harus lihat juga masyarakat, jangan nanti tidak jalan itu semua,” jelasnya.
Saat ini, setidaknya sudah ada 47 bakal pasangan calon yang terdaftar untuk mengikuti pertarungan di pilkada tahun 2024 pada bulan november nanti.
Semoga dengan harapan dari Berneci ini setiap pemimpin yang terpilih tidak melupakan janjinya dan mampu menjalankan program demi kepentingan masyarakat.